Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat
ke-21) ayat 30 disebutkan:
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ
أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا*ۖ
وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ*ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ (٣٠)
“Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Lalu dalam Quran surat Fussilat
(surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman:
ثُمَّ اسۡتَـوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ
وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡاَرۡضِ ائۡتِيَا طَوۡعًا اَوۡ كَرۡهًا ؕ
قَالَتَاۤ اَتَيۡنَا طَآٮِٕعِيۡنَ ﴿۱۱
“Kemudian Dia menuju langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Terdapat fakta baru tentang
ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan 3 kelompok benda yang diciptakan(Nya)
di alam semesta yakni
1. benda-benda yang
berada di langit,
2. benda-benda yang
berada di bumi
3. benda-benda yang
berada di antara keduanya
.
Hal ini dapat ditemukan pada
beberapa surat yaitu surat Toha (surat ke-20) ayat 6 :
لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى
الۡاَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا وَمَا تَحۡتَ الثَّرٰى ﴿۶
“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada
di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di
bawah tanah”
Al-Furqan (surat ke-25) ayat
59 yang artinya:
اۨلَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ
وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰى عَلَى
الۡعَرۡشِ *ۛۚ اَلرَّحۡمٰنُ فَسۡـَٔـــلۡ بِهٖ خَبِيۡرًا ﴿۵۹
“Yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa…”
surat Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4
yang artinya:
اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ
السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰى
عَلَى الۡعَرۡشِ*ؕ مَا لَكُمۡ مِّنۡ دُوۡنِهٖ مِنۡ وَّلِىٍّ وَّلَا شَفِيۡعٍ*ؕ
اَفَلَا تَتَذَكَّرُوۡنَ ﴿۴
“Allah-lah yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa…”
surat Qaf (surat ke-50) ayat
58 yang artinya:
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا السَّمٰوٰتِ
وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ*وَّمَا مَسَّنَا مِنۡ
لُّغُوۡبٍ ﴿۳۸﴾
“Dan sesungguhnya telah Kami
ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan
Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan”
Dari surat-surat tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Proses terjadinya alam semesta
tidak terjadi dengan sendiri tetapi ada yang membuat yakni Allah SWT.
2. Proses terbentuknya alam semesta
dimulai dari gumpalan asap (...suatu yang padu) yang kemudian
terpecah/pemisahan massa menjadi berbagai macam bentuk benda di alam semesta.
3. Proses terciptanya jagat raya
berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut
saling berkaitan.
Keterkaitannya Al Qur’an Dengan
Teori Big Bang
Menurut Harun Yahya, Big Bang
merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ‘diciptakan dari ketiadaan’,
dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom
yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan
gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan
Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan:
“Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang
ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya”.
Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap’ di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap’ di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul
dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan
alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh
ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar
merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada’ ini pada
akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan
Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut
‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan
tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi
ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang.
Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan
satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan
penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk
membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan
raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai
penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas
membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang
adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian,
diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big
Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini
menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang
adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam
semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha
Perkasa dengan sempurna tanpa cacat:
Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3
TEORI
TENTANG TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Teori
ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-galaksi, karena
pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang
baru saja tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam
keadaan tidak berubah (stady state), artinya bahwa materi secara terus menerus
tercipta diseluruh alam semesta. Teori ini sama sekali tidak menyebut peristiwa
awal yang bersifat khusus pada waktu atau ruang. Tidak ada awal maupun akhir
karena materi diperbarui secara terus menerus di satu tempat sementara di
tempat lain dihancurkan. Teori Ekspansi dan Kontraksi Teori ini
berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya. Satu siklus mengalami satu
masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung
selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentuklah galaksi-galaksi serta
bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti
hydrogen yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa
kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan
unsure-unsur yang telah terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa
panas yang sangat tinggi. Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang dan
memampat).
Teori
Big – Bang
Big Bang
Theory : alam semesta berasal dari satu ledakan dari titik tunggal
Keberadaan
awal pada peristiwa besar ini melengkapi ketidaktahuan manusia tentang awal
mula alam semesta dan merupakan bahan dari spekulasi sesungguhnya yang
mempunyai dasar kuat.
Teori
ini mengasumsikan sekitar 15 milyar tahun lalu dimulai dari ledakan yang dahyat
dan dilanjutkan dengan pengambangan alam semesta. Point penting dari
semua peristiwa ini adalah waktu, materi , energi dan ruang merupakan satu
keterpaduan. Kejadian ini bukan ledakan biasa tetapi cukup memenuhi semua
peristiwa dari ruang dengan semua partikel yang menjadi embrio alam semesta
yang mendesak keluar dari masing-masing yang lain. Telah dijelaskan sebelumnya
Big bang adalah teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk
awal dari alam semesta. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori
relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar
pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu
saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big
Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan
kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Albert
Einstain : Ilmuwan pertama kali yang mencetuskan teori Big Bang
Teori
Big-Bang juga dikenal teori Super Dense, menyatakan bahwa jika alam semesta
mengembang pada skala tertentu, maka ketika kita pergi kembali ke dalam waktu,
kelompok-kelompok galaksi akan semakin mendekat dan tentu akan sampai pada
suatu saat di mana semua materi, energi dan waktu yang membentuk alam semeseta
terkonsentrasi pada suatu tempat dalam bentuk gumpalan yang sangat padat (
super dense agglomeration). Dengan bekerja mundur , dari peringkat resesi
galaksi-galaksi yang teramati, ditemukan bahwa galaksi-galaksi itu diduga telah
berada berdekatan satu sama lain sekitar 12 milyar tahun yang lalu.
Dipostulasikan bahwa saat ini ledakan hebat menyebabkan alam semesta mengembang
1030 kali atau lebih dari ukuran aslinya, sebagai akibatnya gumpalan yang sangat
padat dari materi dan energi berserakan menjadi banyak bagian yang semuanya
berjalan dengan kecepatan berbeda-beda ke arah berbeda-beda pula. Hasil dari
ledakan ini berkondensasi membentuk benda-benda langit seperti yang ada
sekarang. Pengembangan alam alam yang teramati ini merupakan kelanjutan dari
proses ini. Teori berkonsentrasi pada peristiwa spesifik sebagai „awal‟ alam
semesta dan menampilkan
suatu evolusi progresif sejak titik itu hingga sekarang. Selama satu abad
terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan teknologi mutakhir, telah mengungkapkan tanpa ragu bahwa
alam semesta memiliki permulaan. Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam
semesta berada dalam keadaan yang terus mengembang. Dan mereka telah
menyimpulkan bahwa, karena alam semesta mengembang, jika alam ini dapat
bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini tentulah memulai pengembangannya
dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan yang telah dicapai ilmu
pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari ledakan titik tunggal
ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big-bang.