Subscribe:

Mari Membaca

Ads 468x60px

Social Icons

Senin, 22 Juli 2013

Menghujat Al-Qur'an? La'nat Allah Bersama Mereka


MENGHUJAT AL-QUR'AN
Kalangan Yahudi-Kristen telah lama menghujat Al-­Qur'an. Hal ini bisa dimengerti karena mereka menolak jika Al-Qur'an meluruskan fondasi agama Yahudi-Kristen. Dalam kaitannya dengan agama Kristen, misalnya, Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam."1 "Sesungguhnya kafirlah orang ­orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga."2 "Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka."3 Selain itu, Allah juga melaknat orang-orang Nasrani karena menyatakan al-Masih itu putera Allah.4
Pernyataan Al-Qur'an tersebut membuat kalangan Kristi­ani marah dan geram. Oleh sebab itu, sejak awal mereka menganggap Al-Qur'an sama sekali bukan kalam Ilahi. Mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai Al-Qur'an. Mereka menilai bila isi Al-Qur'an bertentangan dengan kandungan Bibel, maka Al-Qur'an yang salah. Sebabnya, menurut mereka, Bibel adalah God's Word, yang tidak mungkin salah. Karena Al-Qur'an berani mengkritik dengan sangat tajam kata-kata Tuhan di dalam Bibel, maka AI-Qur'an bersumber dari setan .
Berikut hujatan-hujatan dari kalangan Kristen kepada Al­ Qur'an dari abad ke-8 sampai abad ke-16 M.

1. Leo III ( 717-741 )

Salah seorang dari kalangan Kristen termasuk yang paling awal menghujat Al-Qur'an adalah Leo III, seorang Kaisar Bizantium (717-741). Konon ia berpolemik melalui surat­menyurat dengan `Umar ibn `Abdul `Aziz, yang dikenal juga dengan `Umar II, seorang Khalifah pada dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 99 H/717 sampai tahun 101 H/ 720. Informasi yang paling awal mengenai polemik tersebut berasal dari Theophanes (m. 818) yang mengatakan: "Dia (`Umar) juga telah mengirim sebuah risalah teologis kepada Kaisar Leo, dengan fikiran ia mungkin bisa membujuknya juga untuk menerima Islam." [He (`Umar) also sent a theological epistle to the Emperor Leo, thinking that he might persuade him also to accept Islam].5 Cedrenus (m.1100) dalam karyanya Historiarum Compendium, menyebutkan Mahbub (Agapius), seorang penulis Syiria sekaligus Pendeta di Manbij (Hicrapolis) mengulangi pendapat Theophanes. Mahbub bukan saja mengetahui isi surat `Umar yang menyerang agama Kristen dan mengajak Leo untuk masuk Islam, namun Mahbub juga mengetahui bahwa Kaisar Leo menjawab surat tersebut yang isinya membantah pendapat `Umar. Selain itu, penulis seperti Thoma Ardzruni (± m. 936), Kirakos (m. 1272) dan Vartan (m. 1272), sebagaimana terdapat dalam literatur Turki, juga menyebutkan adanya korespondensi antara `Umar II dan Leo III. Bagaimanapun, Thoma Ardzruni, Kirakos dan Vartan menggunakan informasi dari Ghevond (Leontius), seorang sejarawan Kristen yang hidup pada abad ke-8 M sebagai sumber informasi. Jadi, sebenarnya sumber yang paling awal dan yang paling lengkap memuat polemik surat­menyurat antara Leo III dan `Umar ibn `Abdul `Aziz berasal dari Ghevond yang menulis sekitar akhir abad IX atau mungkin awal abad X.6
Di dalam surat yang dinisbatkan kepada Leo dan diperkirakan ditulis antara tahun 717-720, dinyatakan bahwa al­Hajjaj ibn Yusuf al-Thaqafi (41-95 H), seorang Gubernur di Irak dari tahun 75 H/694 sampai tahun 95 H/714 di bawah ke­khalifahan `Abdul Malik ibn Marwan (684-704) telah mengubah Al-Qur'an yang sebelumnya telah dikanonisasikan oleh `Uthman. Dalam kaitannya dengan al-Hajjaj, Leo menyebutkan dalam suratnya:
"Mengenai kepunyaanmu (kitabmu), kamu telah memberikan contoh-contoh yang salah, dan orang tahu, diantaranya, bahwa al-Hajjaj, kamu menyebutnya sebagai Gubernur Persia, menyuruh orang-orang untuk menghimpun buku-buku kuno, yang ia ganti dengan yang lain yang dikarangnya sendiri, rnenurut seleranya, dan yang ia propagandakan di mana-mana dalam bangsamu. Karena ia adalah jauh lebih mudah untuk menjalani tugas seperti itu diantara penduduk yang berbicara dengan bahasa yang satu. Meskipun demikian, ada beberapa karya dari Abu Turab yang lolos dari bencana tersebut, karena al-Hajjaj tidak dapat menghilangkannya sepenuhnya."7
Sebenarnya, informasi mengenai terjadinya polemik su­rat-menyurat antara Leo III dan `Umar II masih sangat diragu­kan. Naskah yang paling awal memuat kisah tersebut mungkin baru ditulis sekitar akhir abad IX oleh Ghevond- sekitar 180 tahun setelah polemik itu terjadi. Oleh sebab itu, beberapa sarjana Kristen meragukan kandungan surat-menyurat ter­sebut. Hildebrand Beck, misalnya di dalam artikelnya Die Polemikergegen den Islam (Polemikus versus Islam) berpen­dapat, surat-menyurat antara Leo dan `Umar bukanlah bagian dari sejarah asli Ghevond, namun baru belakangan dimasuk­kan ke dalamnya oleh tangan lain pada akhir abad IX atau awal abad X. (The correspondence between Leo and `Umar is not part of the original history of Ghevond, but was inserted therein by some later hand at the end of the IXth or the begin­ning of the Xth century).8 Jean-Marie Gaudeul dalam artikel­nya yang panjang The Correspondence Between Leo and `Umar menyatakan: "Namun tidak ada dari tulisan-tulisan yang dikaji di sini benar-benar bisa ditulis oleh mereka [Leo dan `Umar]. Tulisan-tulisan tersebut dikarang belakangan, dan dinisbatkan secara fiktif kepada Leo atau Umar. Ini prak­tek yang berlaku pada waktu itu. (But none of the writings studied here can really have been written by them. They were composed later, and fictitiously ascribed to Leo or `Umar. This current practice at the time).9
Seandainyapun, Leo III memang pernah menulis bahwa al-Hajjaj telah mengubah kanonisasi teks Al-Qur'an, maka pendapat itupun tidak punya landasan yang kukuh. Pendapat bahwa al-Hajjaj telah mengubah Mushaf `Uthmani kembali digemakan oleh para orientalis pada abad ke-20, sebagaimana nanti akan dibahas pada Bab III.

2. Johannes dari Damaskus ( ± 652-750 )

Sekitar 23 tahun setelah polemik antara Leo III dan `Umar II, Johannes Damascenus/ John of Damascus / Yuhanna al­Dimashqi dibaca: Ioannou tou Damaskhenou ) menulis dalam bahasa Yunani kuno,
(dibaca: Peri haireseon en suntomia othen erksan­to khai pothen gegonasin). Tulisan tersebut,10 yang ditulis
 sekitar tahun 743 M, membahas mengenai sekte-sekte bid`ah. Salah satunya Islam,11 yang merupakan pembahasan paling terakhir dari berbagai macam sekte-sekte bid`ah.12
Dalam tulisannya itu, Johannes tidak pernah menyebut orang-orang Islam sebagai Muslim. Ia menyebutnya (dibaca: Ismaelitai yang artinya orang-orang Isma`il),  (dibaca: Agarenoi artinya orang-orang Agar) dan (dibaca: Sarrakhenoi yang artinya Sarah ditinggalkan).13 Ia menyebut Al-Qur'an sebagai  (dibaca: graphe, artinya kitab)14 dan berpendapat (dibaca: Mamed yang artinya Muhammad) bukanlah seorang Nabi. 15 Ia menegaskan Al-Qur'an banyak memuat cerita-cerita bodoh (idle tales).16
Menghujat isi Al-Qur'an, Johannes mengatakan:
"Muhammad, sebagaimana telah disebutkan, menulis banyak cerita bodoh, yang setiap satu darinya, ia lengkapi sebelumnya dengan judul. Misalnya diskursus mengenai wanita, di mana ia dengan jelas melegalisir seseorang untuk memiliki empat istri dan seribu selir jika sanggup, sebanyak yang ia mampu menjaga mereka di samping empat istri. Orang tersebut bisa menceraikan siapa saja yang ia suka, jika ia menginginkannya, dan memiliki yang lain. Muhammad membuat hukum tersebut karena kasus berikut ini: Muhammad memiliki seorang sahabat bernama Zayd. Lelaki ini memiliki istri yang cantik yang (mem­buat) Muhammad jatuh cinta. Suatu saat tatkala mereka sedang duduk bersama, Muhammad mengatakan kepadanya: "Wahai Zayd, Tuhan telah menyuruhku untuk mengambil istrimu." Dan Dia menjawab: "Engkau seorang Rasul, lakukanlah sebagaimana yang telah diperintahkan Tuhan kepadamu; ambillah istriku. "Atau agaknya, untuk menceritakan kisah dari awal, Muhammad berkata kepada Zayd: "Tuhan telah menyuruhku (untuk mengatakan kepadamu) bahwa sepatutnya kamu menceraikan istrimu'; dan Zayd menceraikannya. Beberapa hari kemudian Muhammad berkata: "Namun sekarang Tuhan telah memerintahkanku supaya aku sepatutnya mengambilnya. " Selanjutnya sete]ah ia (Muhammad) mengambilnya dan melakukan hubungan bersamanya, ia membuat hukum seperti berikut: "Siapa saja yang ingin, ia boleh menceraikan istrinya. Namun jika setelah cerai, ia ingin kembali kepadanya, maka biarlah seseorang yang lain mengawini­nya (lebih dulu). Karena tidaklah dibolehkan baginya untuk mengambil istrinya kecuali ia dikawini oleh seorang yang lain. Bahkan sekalipun seorang abang menceraikan (istrinya), maka biarlah saudaranya yang mengawini istrinya jika ia menginginkannya. " Inilah jenis dari ajaran yang ia berikan dalam diskursus ini: "Sehingga ladang yang Tuhan telah berikan kepadamu dan indahkanlah ladang tersebut: dan lakukanlah ini dan dengan cara ini "-tidak untuk mengatakan, segala hal yang memalukan sebagaimana yang ia (Muhammad) lakukan. "17
Selain itu, Johannes mengkritik kisah unta betina yang menjadi bukti kenabian Salih. Dalam pandangannya, kisah itu tidak bisa diterima karena Muhahmmad tidak menceritakan secara detil tentang unta Salih. Tidak ada informasi mengenai ayah, ibu dan keturunan unta, dimana unta itu dibesarkan, siapa yang memberinya susu dan siapa yang meminum susu­nya. Johannes, tanpa sama sekali membahas, menyebutkan Muhammad mengatakan bahwa Kristus meminta sebuah meja dari Tuhan.18 Selain itu Johannes, dengan tidak memberi contoh, berkomentar bahwa Surah al-Baqarah hanyak memuat cerita bodoh.19
Sebenarnya, hujatan sinis Johannes kepada AI-Qur’an disebabkan kebenciannya kepada AI-Qur'an. Ketika menun­jukkan Muhammad berperilaku tidak senonoh karena menga­wini istn anak angkat, Johannes merujuk kepada Surah al­Ahzab 37: "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah;' sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allahlah yang Iebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zayd telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (mencerai­kannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin untuk (mengawini) istri ­istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi."
Pemahaman Johannes terhadap ayat tersebut sangat frag­mentatif karena ia tidak melihat pra (sibaq), paska (lihaq) dan suasana (siyaq) ketika ayat tersebut diturunkan. Sebelum ayat tersebut, ayat 36 Surah al-Ahzab menyebutkan: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka."
Menurut Ibn 'Abbas, Mujahid, Qatadah dan Muqatil ibn Hayyan, ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah saw, me­lamar Zaynab binti Jahsh untuk Zayd ibn Harithah. Mula­mula Zaynab dan saudaranya yang Ielaki menolak. Mungkin penolakan Zaynab disebabkan ia memiliki status sosial yang lebih tinggi. Zaynab adalah cucu kepada 'Abdul Mutallib, seorang tokoh Qurasy terkemuka sedangkan Zayd hanyalah seorang hamba sahaya yang dimerdekakan. Namun disebab­kan Allah memerintahkan supaya seorang yang beriman menerima perintah Allah dan Rasul-Nya, maka akhimya Zaynab menerima.20 Ayat tersebut di atas diakhiri dengan: "Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
Jadi, kaum Muslimin wajib mengikut apa-apa yang dipe­rintahkan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sesuai juga dengan ayat lain yang artinya: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."21 Sesuai juga dengan Hadith Rasu­lullah saw. yang bersabda: "Demi jiwaku yang berada dita­ngan-Nya, tidaklah seorang diantara kamu beriman sehingga keingina.nnya mengikuti apa-apa yang telah kuajarkan."22
Jadi, dalam pandangan Ibn `Abbas, Mujahid, Qatadah dan Muqatil ibn Hayyan, Rasulullah saw. yang memerintahkan Zaynab untuk mengawini Zayd. Rasulullah saw yang melamar Zaynab untuk Zayd. Seandainya tuduhan Johannes benar, maka Rasulullah saw tidak akan melamar Zaynab, yang masih terhitung sepupunya, untuk Zayd. Rasulullah saw. akan melamar Zaynab untuk dirinya sendiri. Sebagai seorang Rasul, tentu lamarannya akan diterima dengan senang hati oleh Zaynab. Namun, Rasulullah saw. tidak melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak punya keinginan tersembunyi untuk mengawini Zaynab.
Selain mengabaikan ayat 36 dari Surah al-Ahzab, Johan­nes mengabaikan juga konteks ayat 37 al-Ahzab yang menun­jukkan Zayd menerima anugerah nikmat dari Allah dan Rasu­lullah saw (an `ama Allah `alayh wa an `amta `alayh). Rasu­lullah saw. memerdekakan Zayd yang sebelumnya berstatus hamba sahaya. Bukan itu saja, Rasulullah saw. bahkan meng­angkatnya sebagai seorang anak. Selain itu, Rasulullah saw. mengubah tradisi yang berlaku pada zaman Jahiliyyah. Pada zaman itu, anak angkat selalu mengganti nama ayah kandung dengan nama ayah angkat. Rasulullah saw. tetap memperta­hankan narna ayah kandung. Zayd ibn Harithah, bukan Zayd ibn Muhammad.23 Tujuannya, supaya seorang anak tidak melupakan nama ayah kandungnya. Selain itu, Rasulullah saw. sangat mencintai Zayd. Disebabkan kecintaannya kepada Zayd, Rasulullah saw. menggelarnya al-Hibb (sayang).24 Dari seluruh sahabat Rasululllah saw., hanya nama Zayd yang secara eksplisit disebutkan di dalam Al-Qur'an. Rasulullah saw. juga mengangkatnya sebagai amir dalam perang di Mu'­tah. Dengan penunjukan sebagai amir, Rasulullah saw mengu­tamakan dan mempercayai Zayd dibanding para sahabat sen­ior lain. Fakta di atas secara jelas menunjukkan bahwa Rasu­lullah saw. sangat mencintai Zayd. Rasulullah saw. sama sekali tidak akan mengeksploitasi Zayd untuk sebuah agenda yang terselubung, sebagaimana tuduhan Johannes.
Selain itu, konteks ayat 37 Surah al-Ahzab dengan jelas sekali menyatakan: "Tahanlah terus istrimu" (amsik ‘alayka zawjaka). Zayd ingin menceraikan Zaynab, namun Rasulullah saw. meminta Zayd supaya tidak melakukan itu. Zayd diminta supaya bertakwa kepada Allah (wattaqillah). Seandainya Rasulullah saw. punya kepentingan terselubung, tentunya ketika Zayd ingin menceraikan Zaynab, Rasulullah saw. akan segera membiarkan. Rasulullah tidak akan menyampaikan wahyu Allah "amsik `alayka zawjaka." Kemudian Allah ber­firman yang artinya: "Dan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti." (wa tuklrfi fi nafsika Ma AIIahu mubdihi wa taksha al-nas wa Allah ahaqq an takhshahu). Allah memberitahu Rasulullah saw. bahwa Zaynab nanti akan menjadi istrinya. Rasulullah saw. khawatir bahwa manusia akan mencemooh tindakannya itu. Oleh sebab itu Allah berfirman supa­ya kamu (Muhammad) jangan takut kepada manusia, namun kamu hanya perlu takut kepada-Ku. Mengomentari ayat tersebut, Ibn Jarir al-Tabari meriwayatkan dari Ishaq ibn Shahin, dari Khalid, dari Da'ud, dari `Amir, dari `Aishah ra. yang me­nyatakan: "Seandainya Muhammad saw. menyembunyikan sesuatu yang diwahyukan kepadanya dari Kitab Allah, maka niscaya ia akan menyembunyikan wa tukhfi fi nafsika Ma Allahu mubdihi wa takhsha al-nas wa Allah ahaqg an takshahu. "
Ayat seterusnya menunjukkan: "Maka tatkala Zayd telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dcngan dia." (falamma Qada Zayd min­ha wataran zawwajnakaha). Jadi, ayat tersebut jelas menunjukkan bahwa mengawini Zaynab berasal dari perintah Allah. Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, mengatakan bah­wa Zaynab binti Jahsh bangga kepada istri-istri Nabi yang lain dengan berkata: "Keluargamu yang mengawinimu dan Allah yang mengawiniku dari atas tujuh langit." Perintah Allah un­tuk mengawini Zaynab bertujuan: "supaya tidak ada keberatan bagi orang Mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyclesaikan ke­pcrluannya daripada istri-istrinya." Ayat tersebut merupakan penegasan untuk membolehkan mengawini istri anak angkat hanya selepas masa `iddah sembari tetap mengharamkan me­nantu perempuan.25 Dan Allah kemudian berfirman yang arti­nya: "Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi." Jadi, Rasu­lullah saw. diperintahkan Allah untuk mengawini Zaynab.
Paska ayat 37 dari Surah al-Ahzab juga luput dari pem­bahasan Johannes, padahal masih sangat berkaitan dengan ayat yang sudah dibahas sebelumnya. Allah berfirman dalam ayat 37 Surah al-Ahzab yang artinya: "Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya." Jadi, Allah memang menghalalkan dan memerintahkan Rasulullah saw untuk mengawini Zaynab. Allah juga berfirman yang artinya: "(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu." Ini semua karena "Ketetapan Allah itu suatu kete­tapan yang pasti berlaku."
Jadi, Rasulullah saw. tidaklah memancing di air keruh, sebagaimana tuduhan sinis kalangan Yahudi dan Nasrani. Selain itu, pernikahan Rasulullah saw. dengan Zaynab tidak menyebabkan seorangpun dari istri Rasulullah saw. dan juga para sahabat yang mencemoohkan perkawinan tersebut. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang memandang negatif. Selain itu, Zaynab yang memiliki status sosial tinggi, telah "lulus ujian" karena mengikuti dan menjalani perintah Rasulullah saw. dengan mengawini seorang bekas hamba sahaya. Hasilnya, Zaynab mendapatkan penghargaan status "umm al­mukminin' karena menikah dengan Rasulullah saw.
Johannes juga tidak tepat ketika mengkritik kisah unta betina, sebagai mukjizat Nabi Salih, hanya karena semata­mata tidak ada informasi yang detil mengenai unta tersebut. Mukjizat merupakan kehendak Allah yang bukan berada dalam ruang lingkup empiris. Keinginan Johannes supaya mukjizat tersebut diceritakan dengan detil di dalam Al-Qur'an mungkin disebabkan Bibel menceritakan berbagai kisah mukjizat dengan detil. Johannes ingin menyamakan gaya Bibel dengan Al-Qur'an. Padahal, kisah-kisah dan cerita-cerita detil seperti yang ada di dalam Bibel banyak mengan­dung berbagai kontradiksi antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, Rudolph Bultmann, misalnya, seorang teolog Kristen, menyatakan bahwa kisah-kisah yang ada di dalam Bibel itu bukan takta sejarah tetapi mitos. Menurutnya, cerita­ cerita detil di dalam Bibel bukan sebuah fakta sejarah.

3. ‘Abdul Masih al-Kindi ( ± 873 )

Kalangan Kristen sering menjadikan risalah `Abdul Masih al-Kindi sebagai rujukan untuk menghujat Al-Qur'an. Risalah tersebut mulai diketahui secara luas ketika pada akhir abad ke­I 9. Anton Tien, seorang misionaris Amerika yang bertugas di Mesir, mengedit manuskrip yang memuat pemikiran al-Kindi. Tien menemukan manuskrip tersebut di Mesir dalam bahasa Arab. la juga menemukan manuskrip lain di lstanbul dalam bahasa Arab.26 Kedua manuskrip tersebut konon memuat pemikiran al-Kindi. Bagaimanapun, kedua manuskrip ter­sebut mengandung berbagai kesalahan, selain tidak menye­butkan pengarang dan kapan manuskrip itu ditulis.
Al-Kindi, yang diduga penganut Kristen Nestorian, ber­pendapat bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi. Dalam pandangannya, seorang Nabi itu akan memberitahu peristiwa­ peristiwa yang tidak diketahui oleh orang lain. Termasuk diantaranya peristiwa-peristiwa yang sudah atau yang akan berlaku. Dalam pandangannya, orang Kristen telah mengeta­hui cerita Muhammad mengenai Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa.
Cerita Muhammad mengenai `Ad, Thamud, unta dan gajah adalah cerita-cerita bodoh (idle tales).27
Mengenai Al-Qur'an, al-Kindi berpendapat Sergius, se­orang Biarawan Kristen telah berkunjung ke Mekkah, ber­teman dan mempengaruhi Muhammad. Bahkan Sergius ham­pir menjadikan Muhammad menjadi pengikut Kristen Nes­torian. Itulah sebabnya mengapa Muhammad membela Nasrani.28 Menurut al-Kindi, setelah Muhammad wafat, `Abdullah ibn Sallam dan Ka`b, yang beragama Yahudi, yang sebelumnya pura-pura memeluk Islam, telah mengubah Al­-Qur'an. Mereka pura-pura berteman dengan `Ali, yang me­miliki teks Al-Qur'an. Sebenarnya, mereka telah mema­sukkan sejarah-sejarah Perjanjian Lama, bagian-bagian dari hukum-hukum Musa beserta inkonsistensinya ke dalam ke berbagai pelepah Al-Qur'an yang terpisah. Contohnya, tegas al-Kindi, ada di dalam Surah Al-Nahl (16)al-Naml (27) dan Surah al-`Ankabut (29).29
Meneruskan hujatannya kepada Al-Qur'an, al-Kindi, tan­pa memberi bukti, menyatakan bahwa al-Hajjaj ibn Yusuf al­Thaqafi telah menghilangkan banyak ayat-ayat AI-Qur'an. Di zaman `Uthman, tegas al-Kindi, persetujuan mengenai teks yang benar tidak ada. Menurutnya lagi, Ibn Mas`ud menolak menyerahkan mushafnya. Selain itu, konon asalnya Surah al ­Nur lebih panjang dari Surah al-Baqarah. Surah al-Ahzab yang sekarang ini telah dipotong. Selain itu, pada awalnya Surah al-Bara'ah tidaklah terpisah dengan basmallah dari Surah al-Anfal. Al-Kindi juga menyebutkan bahwa dua Surah terakhir tidak masuk di dalam versi Ibn Mas’ud. Selain itu, al­ Kindi mengutip pendapat ‘Umar bahwa ayat mengenai rajm ada di dalam Al-Qur'an. Masih mengutip pendapat ‘Umar, al­ Kindi menyatakan bahwa di dalam khutbah, ‘Umar mengata­kan: "Aku tidak tahu bagaimana seseorang akan dapat menga­takan bahwa Mut`ah tidak ada di dalam Kalam Ilahi, kami sendiri telah membacanya di dalamnya, tetapi telah dikeluar­kan. Tuhan tidak akan memberi pahala bagi siapa yang telah menghilangkannya. Banyak ayat yang telah ada di dalam Al ­Qur'an tidak ada lagi." Al-Kindi juga menyebutkan bahwa da­lam pandangan Ubayy ibn Ka`b ada dua Surah lagi, yaitu al­ Qanut dan al-Witr. Selain itu, ‘Ali yang minta supaya Mut`ah dikeluarkan dari Al-Qur'an.30
Al-Kindi menyimpulkan orang yang percaya Al-Qur'an berasal dari Tuhan adalah orang yang sangat tolol. Menurut al-Kindi, Muhammad dengan Al-Qur'an nya sama sekali tidak membawa mukjizat sebagaimana Nabi Musa yang membelah laut, dan Kristus yang menghidupkan orang mati serta menyembuhkan penyakit kusta.31
Masih menghujat Al-Qur'an, al-Kindi menyalahkan Muhammad karena berpendapat Al-Qur'an diwahyukan da­lam bahasa Arab. Menurut al-Kindi, AI-Qur'an memuat banyak sekali kosa kata bahasa asing, seperti istabraq, sundus, abarig, namarig berasal dari bahasa Persia dan Mishkat berasal dari bahasa Ethiopia, artinya jendela.32
Sebenarnya, risalah al-Kindi memiliki banyak permasa­lahan yang belum terselesaikan. Al-Biruni adalah sarjana yang pertama kali menyebutkan kedua nama yang terlibat dalam polemik tersebut. Keduanya adalah ‘Abdul Masih al ­Kindi dan Abdullah ibn Isma'il al-Hashimi.33 Nama sebenar­nya ‘Abdul Masih al-Kindi masih menjadi sebuah persoalan. Menurut William Muir, seorang orientalis yang menerjemah­kan tulisan al-Kindi ke bahasa Inggris dan menerbitkannya pada tahun 1882, berpendapat mungkin nama al-Kindi yang sebenarnya adalah Eusthathius al-Kindi.34
Kapan karya al-Kindi ditulis, masih merupakan sebuah persoalan di kalangan orientalis. Menurut William Muir, penggagas Islamic Studies di Edinburgh, risalah al-Kindi ditulis pada tahun 215 H/830. Berbeda dengan Muir, Louis Massignon berpendapat risalah tersebut ditulis setelah tahun 300 H/912. Alasannya, pengarang risalah tersebut mengadop­si beberapa pemikiran al-Tabari (m. 310 H/923). Berbeda lagi dengan keduanya, Paul Kraus berpendapat pengarang risalah tersebut telah mengadopsi berbagai ide dari Ibn al-Rawandi (m. 298 H/9l0). Jadi, Kraus menyimpulkan, pengarang tersebut menulisnya sekitar awal abad ke-4 H/abad ke-10 M.35
Selain itu, seandainyapun risalah tersebut dikarang oleh al-Kindi sendiri, maka tuduhan-tuduhan al-Kindi kepada Al ­Qur'an sama sekali tidak memiliki dasar. Sekalipun Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah memuat kisah-kisah menge­nai Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa, namun kisah-kisah di dalam Bibel itu berseberangan dengan Al-Qur'an, seperti masalah penyaliban Yesus sendiri. Bagi kalangan Kristiani, pada zaman al-Kindi, mengingkari penyaliban Jesus adalah sesuatu yang tak terfikirkan. Kristiani meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan dan Yesus meninggal di tiang salib. Padahal, Al-Qur'­an secara tegas menolak penyaliban dan ketuhanan Yesus.36
Selain itu, tuduhan bahwa kisah Al-Qur'an tentang kaum `Ad, Thamud, unta dan gajah, adalah cerita-cerita bodoh (idle tales) tidak berdasarkan kepada bukti yang kukuh. Memang secara akal, kisah-kisah tersebut statusnya mungkin terjadi mungkin juga tidak. Namun, disebabkan Al-Qur'an adalah kalam Ilahi, maka kisah-kisah tersebut memang merupakan suatu fakta. Justru Rasulullah saw. datang untuk meyakinkan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut memang terjadi. Inilah salah satu peran wahyu dalam epistemologis; memberi ke­yakinan kepada akal yang ragu.
Selain itu, al-Kindi sama sekali tidak menyebutkan bukti untuk menyokong pendapatnya. Jadi, pendapat al-Kindi bah­wa Sergius mempengaruhi dan hampir menjadikan Muham­mad sebagai pengikut Kristen; `Abdullah ibn Sallam dan Ka`b, telah mengubah Al-Qur'an adalah gosip. Pendapat al­ Kindi mengenai al al-Hajjaj ibn Yusuf al-Thaqati yang telah menghilangkan ayat-ayat Al-Qur'an; lbn Mas`ud yang menolak menyerahkan mushafnya; Ubayy yang memuat dua tambahan Surah; wujudnya kosa kata asing di dalam AI­ Qur'an serta ayat-ayat hilang dari Al-Qur'an, akan dijawab secara lebih terpcrinci pada Bab III dan Bab IV.



4. Petrus Venerabilis (Peter the Venerable 1094-1156)

Pierre Maurice de Montboissier atau dikenal juga sebagai Petrus Venerabilis adalah seorang Kepala Biara Cluny di Perancis. Biara Cluny termasuk biara paling berpengaruh di Kristen Eropa pada zaman pertengahan Barat. Sekitar tahun 1141-1142, Petrus Venerabilis berkunjung ke Toledo, Spa­nyol. Di sana ia menghimpun, membiayai dan menugaskan tim penerjemah 37 untuk menghasilkan karya berseri yang akan dijadikan landasan bagi para misionaris Kristen ketika ber­interaksi dengan kaum Muslimin. Gagasannya untuk meng­kaji Islam sudah ada di dalam benaknya sebelum berkunjung ke Toledo.38
Usaha Petrus Venerabilis yang mengkaji Islam dengan terorganisir merupakan suatu bentuk Studi Islam (Islamic Studies). Usaha tersebut membuahkan hasil. Salah satunya adalah penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Ketton. la menyelesaikan terjemahan itu sekitar bulan Juni atau Juli 1 143.39 Terjemahan Ketton, Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant (Kitab Hukum Islam yang disebut Al-Qur'an) merupakan terjemahan pertama Al­-Qur'an ke dalam bahasa Latin. Sekalipun penyimpangan banyak sekali terjadi dalam terjemahan tersebut, namun terjemahan Ketton tetap dijadikan fondasi bagi terjemahan Al­ Qur'an ke bahasa Italia, Jerman dan Belanda.40 Dengan ter­jemahan tersebut, Barat untuk pertama kalinya memiliki instrumen untuk mempelajari Islam secara serius (With this hanslatiott, the West had for the first time an instrument for the serious study of Islam).41 Para pendeta, pastor, dan misio­naris selama 600 tahun menjadikan terjemahan Ketton sebagai sumber utama ketika merujuk kepada Al-Qur'an. Nicholas dari Cusa (1401-1464),42 Dionysius Carthusianus (1402/3-1471),43 Juan dari Torquemada (1388-1468),44 Juan Luis Vives (1492-1540),45 Martin Luther (1483-1546), Hugo Grotius (1583-1645)46 dan lain-lainnya, memanfaat terjemah­an Ketton ketika mengkaji Islam.47
Pada akhir abad ke-17 M, tepatnya pada tahun 1698, se­orang Pendeta Italia, yang mengkaji Al-Qur'an selama 40 tahun, Ludovico Marracci (1612-1700) menerjemahkan Al ­Qur'an sekali lagi ke dalam bahasa Latin dengan judul Alcorani Textus Receptus (Teks Al-Qur'an yang Universal). Dalam karyanya, Marracci menunjukan berbagai kelemahan terjemahan Ketton. Akibatnya, terjemahan Ketton sudah mulai tidak digunakan lagi.48
Motif Petrus Vencrabilis membentuk "lslamic Studies" di Spanyol adalah untuk "membaptis pemikiran kaum Muslim­in." Dalam pandangannya, kaum Muslimin perlu dikalahkan bukan saja dengan ekspedisi militer, namun pemikiran mereka juga perlu ditaklukkan. Dalam suasana Perang Salib periode kedua (1145-1150), Petrus Vencrabilis menyatakan: 
"Kelihatannya aneh, dan mungkin memang aneh, aku, se­orang manusia yang sangat berbeda tempat dari kamu, berbicara dengan bahasa yang berbeda, memiliki suasana kehidupan yang terpisah dari suasana kehidup­anmu, asing dengan kebiasaanmu dan kehidupanmu, menulis dari jauh di Barat kepada manusia yang tinggal di negeri-negeri Timur dan Selatan. Dan dengan perkataan­ku, aku menyerang mereka yang aku tidak pernah melihat, orang yang mungkin aku tidak pernah lihat. Namun aku menyerangmu bukan sebagaimana sebagian dari kami (orang-orang Kristen] sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata, bukan dengan kekuatan, namun dengan akal; bukan dengan kebencian, namun dengan cinta... aku mencintaimu, cinta kamu, aku menulis kepadamu, tulis kepadamu, aku mengundangmu kepada keseamatan. "49

Petrus Venerabilis mengajak orang-orang Islam ke jalan keselamatan karena dalam keyakinannya tidak ada keselamat­an di luar Gereja (extra ecclesiam nulla salus)Ia menyatakan Islam adalah sekte terkutuk sekaligus berbahaya (execrable and noxious heresy), doktrin berbahaya (pestilential doctrine), ingkar (impious) dan sekte terlaknat (a damnable sect) dan Muhammad adalah orang jahat (an evil man).50
Selain menugaskan para sarjana Kristen untuk menerje­mahkan teks-teks Arab yang penting, Petrus Venerabilis sendiri menulis mengenai Islam. Karyanya mengenai Islam ada dua; Summa Totius Haeresis Saracenorum (Semua Bid`ah Tertinggi Orang-Orang Islam) dan Liber contra sectam sive haeresim Saracenorum (Buku Menentang Cara Hidup atau Bid'ah orang-orang Islam). Salah satu sumber pendapatnya mengenai Islam didasarkan pada beberapa karya terjemahan. Gagasannya mengenai Al-Qur'an, misalnya, banyak dipe­ngaruhi oleh karya terjemahan yang dinisbatkan kepada al­ Kindi. Petrus dari Toledo (Petrus Toletanus), salah seorang anggota tim penerjemah, telah menerjemahkan karya al­ Kindi. Judul asalnya berbahasa Arab Risalat 'Abd allah ibn Ismail al-Hashimi ila 'Abd al-Masih ibn Isaq al-Kindi wa risalatal-Kindi ila al-Hashimi. Diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Epistula Saraceni et Reseriptum Christiani (Surat Seorang Muslim dan Jawaban Seorang Kristen).51 Karya tersebut selesai diterjemahkan pada tahun 1141.52
Mengulangi pendapat al-Kindi, Petrus Venerabilis menyatakan Al-Qur'an tidak terlepas dari peran setan. Dalam pandangannya, ketika Muhammad menyangkal Kristus adalah Tuhan atau Anak Tuhan, maka sangkalan itu merupakan rancangan setan (diabolical plan)Setan telah mempersiapkan Muhammad, orang yang paling nista, menjadi anti-Kristus. Setan telah mengirim seorang informan kepada Muhammad, yang memiliki kitab setan (diabolical scripture).53
Untuk mendapatkan simpati atas usahanya dalam mem­prakarsai Islamic StudiesPetrus Venerabilis mengirim surat kepada Bernard dari Clairvaux (±1090-1153). Di dalam Epistola Petri Cluniacensis ad Bernardum Caraevallis (Surat Petrus Cluny kepada Bernard dari Clairvaux), Petrus menya­takan sekiranya apa yang dilakukannya dianggap tidak berguna, karena pemikiran bukanlah senjata untuk menga­lahkan musuh (Islam), tetap saja kerja ilmiah seperti itu akan ada manfaatnya. Jika orang-orang Islam yang sesat tidak dapat diubah, maka sarjana Kristen akan bisa menasehati orang­ orang Kristen yang lemah imannya.54
Perjalanan sejarah membuktikan Petrus Venerabilis benar. Sekalipun pada zamannya, usahanya tidak mendapat banyak sambutan. Namun misi dan visinya justru menjadi kenyataan setelah ratusan tahun kematiannya. Sekarang, studi Islam di Barat telah menjadi "rujukan." Banyak sekali calon­ calon intelektual Muslim mempelajari Islam melalui orang­orang Kristen, Yahudi atau bahkan Ateis. Dengan banyaknya pemikir Muslim pada abad 20 ini yang terpengaruh Kristen, maka "penaklukan pemikiran" yang dicita-citakan oleh Petrus Venerabilis telah menjadi sebuah kenyataan.

5. Ricoldo da Monte Croce (±1243-1320)

Pada abad ke-13 M, sudah banyak para biarawan dan pen­deta yang mulai mempelajari Islam. Diantaranya Ricoldo da Monte Croce (Ricoldus de Monte Crucis), seorang Biarawan Dominikus. Ia menulis beberapa karya mengenai Islam dalam bahasa Latin.55 Dalam pandangannya, setan mengarang AI­ Qur'an sekaligus membuat Islam. Ricoldo menyatakan:

"Pengarang bukanlah manusia tetapi setan, yang dengan kejahatannya serta izin Tuhan dengan pertimbangan dosa manusia, telah berhasil untuk memulai karya Anti-Kris­tus. Setan tersebut, ketika melihat iman Kristiani semakin menambah besar di Timur dan berhala sernakin berkurang, dan Heraclius, yang menghancurkan menara menjulang yang dibangun oleh Chosroes dengan emas, perak dan batu-batu permata untuk menyembah berhala-berhala, mengatasi Chosroes pembela berhala. Dan ketika setan melihat palang salib Kristus diangkat oleh Heraclius, dan tidaklah mungkin lagi untuk membela banyak tuhan atau menyangkal Hukum Musa dan Bibel Kristus, yang telah rnenyebar ke seluruh dunia, Setan tersebut merancang sebuah bentuk hukum (agama) yang pertengahan jalan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam rangka untuk menipu dunia. Dengan maksud ini ia memilih Muhammad. "56
Selain itu, Ricoldo mengklaim banyak penyimpangan ter­jadi di dalam sejarah Al-Qur'an. Dalam pandangannya, versi qiraah sab`ah tidak sama dengan versi Audala filius Mesetud (`Abdullah ibn Mas`ud), Zeid filius Tampeth (Zayd ibn Tha­bit), Ocanan filius Ophyn (`Uthman ibn `Affan) dan Oenpe tilius Tap (Ubayy ibn Ka`b). Menurut Ricoldo, teks Al ­Qur'an sekarang ini berasal dari perintah dan paksaan Mar­wan ibn al-Hakam kepada orang-orang Islam.57
Dalam pandangan Ricoldo, makna sebenarnya ahlul kitab justru merujuk kepada Muslim.58 Menurutnya lagi, nama­ nama surah-surah di dalam AI-Qur'an seperti Surah Lebah (al-Nahl), Semut (al-Naml) dan Laba-Laba (al-`Ankabut) sangat tidak sesuai untuk disebut sebagai wahyu Tuhan. Selain memuat kata yang tidak senonoh (obscene) seperti zina, Al-Qur'an juga memuat berbagai kata yang tidak penting dan berulang-ulang.59
Dalam pandangan Ricoldo, susunan Al-Qur'an sangat tidak sistematis. Tidak ada kronologi waktu, periodesasi raja­ raja, susunan kisah yang teratur, subjek pembahasan, berang­kat dari yang tidak relevan kepada yang tidak relevan lainnya, logika yang tidak tersusun; dari premis yang betul ke hal-hal yang tidak berhubungan.60
Ricoldo menyimpulkan: Pertama, Al-Qur'an hanyalah kumpulan bid`ah-bid`ah lama yang telah dibantah sebelumnya oleh otoritas Gereja. Kedua, karena Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak memprediksi sebelumnya, maka AI­Qur'an tidak boleh diterima sebagai "hukum Tuhan." Selain itu, doktrin-doktrin Islam mengenai kesalahan agama Kristen dan Yahudi tidak bisa diterima. Ketiga, gaya bahasa Al­ Qur'an tidak sesuai untuk disebut menjadi "Kitab Suci". Ke­empat, klaim AI-Qur'an yang berasal dari ilahi tidak memiliki basis di dalam tradisi Bibel. Selain itu, konsep-konsep etika di dalam Al-Qur'an bertentangan dengan pernyataan-pernyataan filosofis. Kelima, Al-Qur'an penuh dengan berbagai kontradi­ksi internal. Al-Qur'an sangat tidak teratur. Keenam, kebe­naran Al-Qur'an tidak dibuktikan dengan mukjizat. Ketujuh, Al-Qur'an bertentangan dengan akal. Buktinya, kehidupan Muhammad tidak bermoral dan Al-Qur'an memuat hujatan dan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal mengenai hal-hal ketuhanan dan sebagainya. Kedelapan, Al-Qur'an me­ngajarkan kekerasan untuk menyebarkan Islam dan meng­akui ketidakadilan. Kesembilan, sejarah Al-Qur'an tidak menentu. Kesepuluh, Peristiwa mi`raj adalah fiksi murni dan dibuat-buat.61
Tulisan-tulisan Ricoldo terhadap Al-Qur'an sama sekali tidak ilmiah dan sangat sinis. Hujatannya sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada Bibel. Ini karena Bibel banyak sekali memuat cerita-cerita yang tidak senonoh dan porno serta tidak masuk akal. Nabi-nabi, yang sepatutnya ditiru, ternyata banyak memiliki skandal seks. Bibel bertentangan dengan sains.62 Selain itu, sejarah penulisan dan penghimpunan Bibel sangat tidak menentu.63 Oleh sebab itu, kritikan Al-Qur'an kepada Bibel adalah benar dan logis. Al-Qur'an mengingkari bahwa `Isa as sebagai Tuhan.64 Mengakui seorang manusia sebagai Tuhan justru tidak masuk akal. Nabi `Isa as. adalah seorang manusia yang berkembang besar dari seorang bayi sehingga menjadi dewasa. Makan, minum, tidur, buang air besar dan air kecil. Jika ia adalah Tuhan yang berbentuk manusia, mengapa ia mengeluh ketika orang-orang Yahudi ingin menyalibnya? Semasa hidupnya, Nabi `Isa as. sangat cinta beribadah kepada Allah. Jika sekiranya Yesus itu Tuhan, maka Tuhan akan menyembah diri-Nya, suatu hal yang tidak bisa diterima oleh akal. Ringkasnya, Ricoldo tidak mengapli­kasikan pandangan sinisnya kepada Bibel. Sebaliknya, ia tetap menganggap Bibel yang sebenarnya memiliki sejumlah permasalahan mendasar, sebagai sebuah kitab suci.


6. Martin Luther (1483-1546)

Dalam kaitannya dengan Al-Qur'an, Luther melakukan dua hal. Pertama, menerjemahkan karya Ricoldo dalam bahasa Latin, Confutatio Alcorani (Bantahan Trrhadap AI­ Qur'an) ke bahasa Jerman (Verlegung des Alcoran Bruder Richardi) pada tahun 1542. Di dalam kata prngantarnya untuk terjemahan Confutatio Alcorani, Luther mengakui karya Ricoldo sudah dibaca sejak tahun 1530. Luthrr tidak percaya jika ada manusia yang mau memercayai ketololan dan ketakhyulan AI-Qur'an. Ia srlanjutnya sangat berkeinginan untuk membaca sendiri Al-Qur'an. Namun, ia baru membaca terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Latin pada tanggal 21 Februari 1542. 65 Setelah menyadari kalau selama ini Ricoldo benar, maka Luther menerjemahkan karya Ricoldo tersebut ke bahasa Jerman.66
Kedua, Luther menulis kata pengantar untuk karya Theodore Bibliander (1504-1564), yaitu Vorrede zu Theodor Bibliandus Koranausgabe (Kata pengantar kepada Al-Qur'an Edisi Theodor Bibliander) pada tahun 1543. Bibliander adalah seorang Pastor terkemuka Jerman, pengganti Zwingli di Zu­rich. Pada awal tahun 1530-an, Bibliander minta tolong kepa­da sahabatnya, Johannes Oporin, salah seorang pemilik percetakan terkemuka di Basle, supaya menyediakan teks-teks Arab kepadanya. Hasilnya, Bibiliander memiliki teks-teks Arab, salah satunya adalah terjemahan Al-Qur'an Toledo. Ia berniat mempublikasikannya. Ketika mencetak Al-Qur'an edisi Bibliander, Oporin tidak meyadari kalau tindakannya mempublikasikan al-Quran akan mengundang masalah. Saat itu, Al-Qur'an dianggap sebagai sebuah buku berbahaya (a dangerous book). Dewan Gereja di Basle memerintah Oporin supaya tidak menyambung pekerjaannya, sehingga isu Al­ Qur'an sebagai buku yang berbahaya atau tidak, dituntaskan terlebih dahulu. Saat itu terjadi pro-kontra pendapat dalam menghadapi isu ini. Akhirnya, hanya setelah Martin Luther intervensi, maka AI-Qur'an bisa dipublikasikan. Luther mere­komendasikan kepada Dewan Gereja di Basle supaya mem­biarkan terjemahan tersebut terbit.67 Dalam pandangan Luther, tidak seorang Kristenpun akan hilang keimanannya karena membaca Al-Qur'an. Akhirnya, karena campur tangan Luther, Al-Qur'an yang direvisi Bibliander jadi diterbitkan. Bibliander yang semula diancam untuk dipenjarakan, akhir­nya dicabut.68 Pada tahun 1543, Luther menulis kata pengan­tar yang panjang untuk karya Bibliander tersebut Vorrede zu Thcodor Bibliandus Koranausgabe).

Pendapat Luther mengenai Al-Qur'an banyak diwarnai dari pemikiran Ricoldo dan Nicholas dari Kusa. Hujatan Luther kepada AI-Qur'an sangat sinis. Dalam pandangan Luther, Setan adalah pengarang terakhir Al-Qur'an. (The devil is the ultimate author of the Qur'an).69 Pendapat Luther berdasarkan kepada Yohannes 8 (44).70  Luther berpendapat bahwa setan adalah seorang pembohong dan pembunuh a liar and murderer) dan Al-Qur'an mengajarkan kebohongan dan pembunuhan. Luther selanjutnya menghubungkan antara ke­bohongan dan pembunuhan dengan kontrol setan kepada Muhammad. Luther menyatakan: "Jadi ketika jiwa pembo­hong mengontrol Muhammad, dan setan telah membunuh jiwa jiwa Muhammad dengan Al-Qur'an dan telah menghan­curkan keimanan orang-orang Kristen, setan harus terus me­ngambil pedang dan mulai membunuh badan-badan mereka." 71
Luther sangat membenci orang-orang Turki ([slam). Me­nurut Luther, Mohammed, Al-Qur'an dan orang-orang Turki semuanya adalah produksi setan. Luther mengatakan: "Na­mun sebagaimana Paus yang anti Kristus, begitu juga orang­ orang Turki yang merupakan penjelmaan setan." (But just asthe pope is the Antichrist, so the Turk is the very devil incar­nate).72
Luther menyebut Tuhan orang-orang Turki adalah setan (demon) karena ketika orang-orang Turki berperang, mereka berteriak Allah! Allah! Ini sama halnya dengan tentara-tentara Paus ketika berperang berteriak Ecclesia! Ecclesia! Bagi Luther, teriakan Gereja (ecclesia) adalah dari setan. Menurut Luther, Tuhan orang-orang Turki yang sebenarnya Iebih banyak berbuat dalam peperangan dibanding orang-orang Turki sendiri. Tuhan mereka yang memberi keberanian dan trik, yang.mengarahkan pedang dan tangan, kuda dan manu­sia.73
Luther menyatakan: "Muhammad menafikan bahwa Kris­tus adalah Anak Tuhan. Dia menafikan bahwa beliau (Yesus) telah wafat demi dosa-dosa kita. Dia menafikan bahwa iman kepada-Nya mengampunkan dosa serta membersihkan (dari kesalahan). Dia menafikan akan kedatangan kehidupan dan kematian-Nya. Mungkin ada kebangkitan orang yang mati, namun dia mempercayai pengadilan oleh Tuhan. Dia menafikan Ruh Kudus dan hadiah-hadiah-Nya."74
Luther berpendapat AI-Qur'an mengajarkan kebohongan, pembunuhan dan tidak menghargai perkawinan. Bohong kare­na menolak kematian Yesus dan ketuhanan Yesus sebagai­mana yang diajarkan Bibel. AI-Qur'an mengajarkan bahwa hukum ditegakkan dengan pedang dan keimanan Kristiani perlu dihancurkan, dan Turki (Muslim) adalah pembunuh.75 Dalam pandangan Luthrr, AI-Qur’an membolehkan siapa saja untuk beristri sebanyak yang diinginkan. Menurutnya, meru­pakan kebiasaan bagi seorang laki-laki Turki untuk memiliki sepuluh atau dua puluh istri dan meninggalkan atau menjual siapa yang dia inginkan. Sehingga wanita-wanita Turki diang­gap murah dan rendah yang tidak ada harganya; mereka dibeli dan dijual seperti binatang ternak (It is customary among the Turks for one man to have ten or twenty wi ves and to desert or sell any whom he will, so that in Turkey women are held immeasuarably cheap and are despised; they are bought and sold like cattle).76
Luther, yang digelari 'the father of  the reformation' (Bapak Reformasi) menganggap hanya Bibel yang menjadi kitab suci. Pandangan Luther terhadap AI-Qur'an hanya mengu­langi kembali pendapat para penghujat AI-Qur’an sebelumnya.


1. Surah al-Ma'idah (5: 72)
2. Surah al-Ma'idah (5: 73); lihat juga Surah al-Tawbah (9: 31).
3. Surah al-Nisa' (4: 157).
4. Surah al-Tawbah (9: 30).
5Arthur Jeffery, "Ghevond's Text of the Correspondence Between 'Umar II and LeIII," HTR (1944), 270, selanjutnya diringkas Ghevond's Text.
6Ibid., 270.
7. Leo menyatakan: "As for your (book), you have already given us examples of such falsifications, and one knows, among others, of a certain Hajjaj, named by you as Governor of Persia, who had men gather up your ancient books, which he replaced by others composed by himself, according to his taste, and which he propa­gated everywhere in your nation, because it was easier by far to undertake such a task among a people speaking a single language. From this destruction, neverthe­less, there escaped a few of the works of Abu Turab, for Hajjaj could not make them disappear completely. " Lihat Arthur Jeffery, "Ghevond's Text," HTR (1944), 297-98.
8.  Ibid., 273.
9. Jean-Marie Gaudeul, "The Correspondence Between Leo and Umar," Islamochristiana 10 (1984), 114
10. Tulisan Johannes tersebut merupakan bagian dari bukunya yang berjudul The Fount of Knowledge (Sumber-Sumber Ilmu). Bagian lain dari buku tersebut adalah    (dibaca: Kephalai Philosophikha artinya Kapita Filsafat); dan  (dibaca: Exdosis akhrites tes Othodokson Pisteos yang artinya Penjelasan Akurat Iman Ortodoks). Lihat catatan kaki Daniel J. Sahas, John of Darnascus: The "Heresy of the Ishma­elites,"(Leiden: E. J. Brill, 1972), 54, selanjutnya diringkas John of Damascus.
11. Pendapat John mengenai Islam telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John W. Voorhis, "John of Damascus on the Moslem heresy," MW 24 (1934), 391-9R. Masih ada karya Johannes yang lain mengenai Islam, yaitu   (dibaca: lonaou tou Damaskhenou, Dialeksiis Sarakhenou khai Khristianou yang artinya Johannes dari Damaskus, Dialektika antara Seorang Muslim dan Seorang Kristen). Tetapi karena naskah tersebut tidak terkait dengan AI-Qur'an, maka tidak dibahas disini. Naskah tersebut sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John W. Voorhis, "The Discussion of a Christian and a Saracen," MW 25 (1935), 266-73.
12. Masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan sarjana Barat mengenai otentisitas mengenai Islam di dalam buku tersebut. Apakah itu memang bagian internal dari buku tersebut atau dimasukkan kemudian. Jika itu adalah interpolasi, maka pengarangnya bukanlah John. Lihat lebih mendetil mengenai pembahasan itu, Daniel J. Sahas, John of Damascus, 60-66.
13Daniel J. Sahas, John of Damascus, 70-71.
14Ibid., 74.
15Ibid., 90.
16Ibid., 141.
17. lbid, 137-39.
18Lihat Surah al-Ma'idah (5: 114-115).
19. Daniel l. Sahas, John of Damascus, 140-41.
20 Lihat Ibn Kathir, Tafsir Al-Qur'an al-Karim, 4 jilid (AI-Qahirah: Dar al ­Hadirh. 2003), 3: 597-98, selanjutnya diringkas Tafsir Al-Qur'an al-Karim.
21 Surah al-Nur (24: 63).
22. Ibn Kathir, TafsirAl-Qur'an al-Karim, 3: 597-98.
23 Allah berfirman yang artinya: "Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah." Lihat Surah al-Ahzab (33: 5).
24 Ibn Kathir, Tafsir Al-Qur'an al-Karim, 3: 598-99.
25. Lihat Surah al-Nisa' (4: 23).
26. Setelah Anton Tien mengedit manuskrip tersebut, Turkish Mission Aid Society menerbitkannya pada tahun 1880. Dua tahun setelah itu, tepatnya pada tahun 1882, untuk pertama kalinya, bagian-bagian dari korespondensi tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan oleh The Society for Prornoting Christian Knowledge.
27. Anton Tien, "The Apology of al-Kindi: Dialogue the 'Abbasid 'Abdullah ibn Isma'il al-Hashimi and the Nestorian 'Abdul Masih ibn Ishaq al-Kindi" dalam Early Christian-Muslirn Dialogue: A Collection of Documents from the First Three lslamic Centuries (632-900 AD): Translations with Commentary, editor N. A. Newman (Pennsylvania: Interdisciplinary Biblical Research Institute, 1993), 435­39, selanjutnya diringkas Apology. Ibn Kathir telah membahas peristiwa masa depan yang akan terjadi seperti digambarkan Rasulullah saw. dalam karyanya al-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim (Beirut: Dar al-Kutub al-'llmiuyyah, 1998).

28.  Anton Tien, Apology. 458. Untuk menjustifikasi pendapatnya, al-Kindi menguup ucapan Muhammad sebagaimana yang terekam di dalam Surah al-Ma'idah (5: 82) yang menyebutkan: "Sesungguhnya kamu dapati orang,-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri."
29 Anton Tien, Apology, 454-55.
30 Ibid., 455-59.
31. AI-Kindi menyatakan: "What ignorance could be more dense than his who appeals to such a book as evidence and proof that its author was a prophet sent by God! Is there anything here parallel to the cleaving of the sea by Moses; the raising of the dead and the cleansing of the Iepers by Christ our Lord? This can approve it self only to the incurably ignorant who have never learned to collate and com­pare. I do not think that anyone of penetration or discrimination could venture to think it, much less detend it. Scarcely could he dream of it unless he were beside himselt; out of his senses or weak in intellect. Or will you, in God's name I ask it, make an attempt to detend such a book by torce ofreasvn, by subtletly of thought and weight of learning, knowing what you do of its origin and how the authority of its text has been broken down betore the inyuiry we have instituted? I am accus­tomed to such studies, versed in textual criticism, and such fictitious narratives and 'cooked up "stories will not pass with me." Lihat Anton Tien, Apology, 460.
32. Ibid., 460-61. Masalah ini akan dibahas terperinci di dalam Bab IV.
33 Sir William Muir, "The Apology of al-Kindi: An Essay on its Age and Authorship," dalam Early Christian-Muslim Dialogue: A Collection of Documents from the First Three lslamic Centuries (632-900 AD): Translations with Conunen­tary, editor N. A. Newman (Pennsylvania: Interdisciplinary Biblical Research In­stitute, 1993), 365.
34. Ibid., 376.
35G. Troupcau, "Abdul Masih ibn Ishay al-Kindi," di dalam El, editor C. E. Bosworth, E. van Donzel, B. Lewis dan Ch. Pellat (Leiden: E. J. E Brill, 1986), 5: 120-21.
36Lihat Surah al-Nisa'(4: I 57); al-Ma'idah (5: 17; 5: 72 ; 5: 73).
37Tim penerjemah tersebut terdiri dari Robert, Petrus dari Toledo (Petrus Toletanus), Petrus dari Poitiers (Petrus Pictaviensis), I Hermann dari Dalmatia dan Muhammad, seorang Muslim Spanyol yang membantu penerjemahan-penerjemahan yang dilakukan. Lihat Allan Cutler, "Petrus the Venerable and Islam," JAOS 86 ( 1996). I 89-90.
38Allan Cutler, "Petrus The Venerable and Islam," JAOS 86 (1966), 186.
39James Kritzeck, "Robert of Ketton's Translation of the Qur'an," IQ 2 ( I 955), 31I.
40 Samuel Zwemer, "Translation of the Koran," MW 5 ( 1915), 247.
41.R. W. Southern, Western Views of Islam in the Middle Ages (Cambridge: Harvard University Press, 1962), 37.
42.la menulis Cribratio Alcorani (Menyaring AI-Qur'an).
43. la menulis Contra Alchonarum & sectam Machometicam libri quinque (Buku Lima Menentang AI-Qur'an dan Cara Hidup Islam).
44. Ia menulis Contra principales errores perfidi Machometi (Menentang
Kesalahan-Kesalahan Prinsip Kesesatan Islam).
45. la menulis Contra sectam Mahometi (Menentang Cara Hidup Islam).
46fa menulis Adversus Muhammedanos (Melawan Islam).
47. Flartmut Bobzin, "A Treasury of Heresies": Christian Polemics against the Koran, dalam The Qur'an as Text, editor Stefan Wild (Leiden: E. .I. Brill, 1996), 159, selanjutnya diringkas A Treaswy of Heresies.
48Harmut Bobzin, A Treasury of Heresies, 159.
49Petrus Venerabilis menyatakan: "It seems strange, and perhaps it is, in­deed, that I, a man so vsry different from you in place, speaking a difterent lan­guage, having a  state of life separate from yours, a stranger to your customs and life, write from the far west to men who in habit th  lands of the cast and south, and that, by my speech, I attack those whom I have never seen, whom I shall perhaps never see. But I attack you not, as some of us [Christians] often do. by arms, but by words; not by force but by reason: not in hatred, but in love... I love you; loving you. I write to you; writing to you. I invite you to salvation." Dikutip dari James Kritzeek. "Robert of Ketton's Translation of the Qur'an,.. IQ, (1955). 311.
50. Jo Ann Hoeppner Moran Cruz, "Popular Attitudes Towards Islam in Medi­eval Europe," dalam Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Eu­rope, editor Michael Frasseto and Davis R. Blanks (New York St. Martin's Press, 1999), 78.
51Hartmut Bobzin, Der Koran im Zeitalter der Refonnation: Sntdien zur Fruhgeschichte der Arabistik und Islamkunde in Europa (Stuttgart: Seiner, 1995), 50, selanjutnya diringkas Der Koran.
52Allan Cutler, "Petrus the Venerable and Islam," JAOS 86 (1966), 189.
53Petrus Venerabilis menyatakan: "The highest purpose of this heresy is to have Christ the Lord believed to be neither God nor the Son of God, but (through a great man and one beloved of God) simply a man-a wise man and the greatest prophet. Indeed, that which was once conceived by the device of the devil, first propagated through Arius, then advanced by that satan, namely Mohammad, will be tirlfilled completely, according to the diabolical plan, through the Antichrist. For since the Blessed Hilary said that the origin of the Antichrist arose in Arius, then what Arius began by denying that Christ was the one true Son of God and calling him a creature, the Antichrist will tinally bring to its completion by assert­ing that he was not only not God or the son ofGod, but not even a good man. This mock wicked Mohammed seems to have been appropriately provided and prepared by the devil as the mean between these two, so that he became both a supplement, to a certain extent, to Arius, and the greatest sustenance for the Antichrist, who will allege even worst things before the minds of unbelievers. " Dikutip dari Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scriptrtre: The Muslims' Views of the Bible and the Christians' Views ofthe Qur'an (Michigan, Ph. D., Thesis at The Hartford Semi­nary Foundation, 1974), 18, selanjutnya diringkas Each Other's Scripture.
54. Petrus Venerabilis menulis: "If my work seems pointless because the en­emy remains invulnerable to such weapons. I answer that in the land of a great king some things are done tor protection, others for adonunent, others again for both. Solomon the Peaceful forged weapons tor protection which were not needed in his day. David prepared ornaments for the Temple, although they could not be used in his day... This work, as I see it, cannot be called unless. If the erring Muslims cannot be converted by it, scholars who are zealous in the cause of justice must nevertheless not tail to forewarn those weak members ofthe Church who are easily scandalized and utwittingly moved by insignificant causes. "Dikutip dari Maxime Rodinson, "The Western Image and Western Studies of Islam," dalam The Legacy of Islam, editor Joseph Schacht dengan C. E. Bosworth (Oxford: Oxford Univer­sity Press, edisi kedua, 1974), 16-17.

55. Diantaranya adalah: Improbatio alcorani (contra legem saracenorum) Kebatilan AI-Qur'an (Menentang Hukum Islam); Contra sectam Mahumeticam libellius (Buku Menentang Cara Fiidup Islam); Contirtatio Alcorani seu legis Sarracenonun, ex graeco nuper in latinum traducta (Membantah AI-Qur'an atau Hukum Islam, Transfer dari Yunani Modern ke Latin; Propugnaculum frdei, toti Christianae religioni aduersum mendacia, & deliramenta Saracenonun, Alcorani precipue, maxime vtile. Lihat Hartmut Bobzin, Der Koran, 507.
56Ricoldo menyatakan: "The author is not human but the Devil who, by his own malice and by permission of God on account of human sin, has prevailed to initiate the work of Anti-christ. The devil, when he saw the Christian faith greatly increasing in the Orient and idolatry diminishing, and Chosroes the detender of idolatry over come by Heraclius, who demolished the high tower which Chosroes had built of gold, silver and precious stones for the worship of idols, and when he saw the cross of Christ raised up by that same Heraclius, and that it was or the Law of Moses and the Gospel of Christ, which has spread throughout the whole world, to be negated, the Devil devised a form of law (religion) which was halfway be­tween the Old and New Testaments, in order to deceive the world. For this purpose he chose Muhammad." Dikutip dari Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scripture, 187.
57. Hertmut Bobzin, A Treasury of Heresies, 169.
58 Norman Daniel, Islarn and the West: The Making of an Image (Boston: Oneworld Publications, 2000, terbit pertama kali tahun 1960), 77.
59. Ibid., 38.60Ibid., 80-81.
61. Hartmut Bobzin, A Trcasury of Heresias, I66. Pendapat Bobzin terhadap sikap Ricoldo kepada AI-Qur'a n berdasarkan kepada 17 Bab yang ada di dalam Confutatio Alcorani. Lihat secara ringkas isi 17 Bab tersebut di Patrick O'llair Cate, Each Other's Scripture, 186-87.
62.  Lihat Maurice Bucaille, The Biblr, the Qur'an and Science: The Holy Scrip­tures Examined in the Light of Modern Knowledge. Pen. Alstair D. Pannell dan Maurice Bucaille (Selangor: Thinkers Library, Sdn. Bhd., tt), terbit pertama kali tahun 1976.
63. Lihat Bruce M. Metzger, A Textual Conunentary on the Greek New Testa­ment: A Companion Volume to the United Bible Societies' Greek New Testament (Stuttgart: United Bible Societies, 1975). Bandingkan juga pengarang yang sama, The Text of  the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration (Oxford: Oxford University Press, edisi kedua, 1968).
64. Surah al-Ma'idah (5:17) ; Surah AI Jin (72: 3).
65. Menurut Hermann Barge, AI-Qur'an yang dibaca Luther itu adalah edisi yang sama dengan yang akan dipublikasikan tahun depannya (1543) di Basle. Dikutip dari Egil Grislis, "Luther and the Turks," MW 64 (1974), I 88.
66. Martin Luther, Verlegung des Alcoran, Bruder Richardi Prediger Ordens,
Verdeudseht, duren in D. Martin Luther's Werke. Kritische Gesanuausgabe. 53 jilid (Weimar: Hermann Bohnlaus Nachpolzer, 1920). Dikutip dari Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scripture, 207.
67Lihat uraian lebih detil mengenai pro-kontra mengenai penerbitan AI-Qur'an yang direvisi Bibliander di Hartmut Bobzin, A Treasury of Heresies, 161-64.
68. G. Simon, "Luther's Attitude Toward Islam," MW 21 (1931), 259.
69. Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scripture, 189.
70Disebutkan: "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. la adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." Lihat alkitab (Jakarta: Lembaga alkitab Indonesia, 2000), 123.
71Luther menyatakan: "Thus when the spirit of lies had taken possession of Mohanuned, and the devil had murdered men's souls with his Koran and had de­stroyed the faith ofChristians, he had to go on and take the sword and set about to murder their bodies." Lihat Martin Luther, "On War Against the Turk," dalam Luther's WorksPen. Charles M. Jacobs, direvisi oleh Robert C. Schultz, editor Helmut T. Lehmann 46 (Philadelphia: Fortress Press, 1967), 179, selanjutnya diringkas dengan On War Against the Turk.
72Martin Luther, On War Against the Turk, 181
73Luther menyatakan: "For they have been taught in the Koran that they shall boast constantly with these words, "There is no God but God. " All that is really a device of the devil. For what does if mean to say, "there is no God but God," whitout distinguishing one God from another? The devil, too, is a god, and they horror hirn with this word: there is no doubt of that. In just the same way rhr poye's cry. ecclesia! Ecclesia! To be surethe devils" ecelesia! There force l believe that the Turks Al Allah does more in war than they themselves. He gives thecourage and wiles he guides sword and fist, horse and man. What do you think, then, of the holy people who can call upon God in bottleand yet destroy Christ and all God's words and works, as You have heard?" Lihat Martin LutherOn War  Against the Turk, 183.
74. Luther menyatakan: "Mohammad denies (negat) that Christ is the Son of God. He denies that faith in Him remit sin and has died for our sins. He denies that he rose for our life. He denies that faith in Him remits sin and justifies us. He denies His coming judge­ment of the living and the dead. Perhaps there is a resurrection of the dead, but he believes in a judgment by God. He denies the Holy Spirit and His gifts. "Dikutip dari Luther and Muhammedanism, MW 31 (1941), 171.
75. Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scripture, 211.
76. Martin Luther, On War Against the Turk, 181.



 
Blogger Templates