Subscribe:

Mari Membaca

Ads 468x60px

Social Icons

Selasa, 06 Juli 2010

Hadits: Ancaman bagi orang yang tidak mau belajar dan mengajarkan ilmunya

CELAKALAH BAGI ORANG YANG TIDAK MAU BELAJAR DAN MENGAJARKAN ILMUNYA


I. PENDAHULUAN


Dalam kehidupan sehari-hari mengaplikasikan terhadap sesuatu yang baru dipahami sangat sulit untuk diterapkan, apalagi harus diajarkan. Berbeda dengan dunia pendidikan yang harus dan mewajibkan orang-orang yang terjun kedalamnya untuk memberikan pengetahuannya kepada orang lain agar ilmunya dapat berkembang dan tidak sia-sia begitu saja dan untuk tidak menyesatkan seseorang atas suatu pemahaman yang salah diartikan.
Orang yang mempunyai suatu ilmu yang tidak dimiliki oleh orang lain lalu dia tidak mengajarkannya maka ia dikatakan bakhil. Nah, dalam pembahasan kali ini ada satu hadits yang mengatakan “celakalah orang yang tidak mau belajar dan mengajarkan ilmunya”, apakah hadits ini statusnya diakui (shohih) atau tidak (dho’if). Disini kami akan mencoba untuk meneliti tingkatan hadits ini dengan metode takhrij hadits. Semoga dengan menggunakan metode yang telah diciptakan oleh para muhadditsin ini kami dapat mengetahui status dari hadits ini dengan sejelas-jelasnya.
Metode yang digunakan dalam mentakhrij hadits ini adalah metode ke-3 dan Multimedia yaitu mencari kata-kata yang asing.
Demikianlah pemaparan singkat mengenai isi dari tugas Takhrij Hadits ini.


II. TEKS HADITS YANG DI TAKHRIJ;

حدثنا أحمد بن جعفر النسائي، وأبو سعيد عبد الرحمن بن محمد بن حسكا القاضي النيسابوري، قال: حدثنا محمد بن عبدة القاضي البغدادي، حدثنا إبراهيم بن سعيد الجوهري، حدثنا قيس، عن الأعمش، عن أبي وائل، عن حذيفة رضي الله تعالى عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " ويل لمن لا يعلم، وويل لمن علم ثم لا يعمل "


III. MATA RANTAI SANAD
Adalah sebagai berikut;

رسول لله صلى الله عليه وسلم

حذيفة بن اليمان

شقيق بن سلمة الأسدى

سليمان بن مهران الأسدى

قيس بن الربيع الأسدى

إبراهيم بن سعيد الجوهرى

أبو نعين الأصبهان


IV. KRITIK MATAN

2922 - ويل لمن لا يعلم وويل لمن يعلم ثم لا يعمل - ثلاثا . رواه أبو نعيم عن حذيفة ، ورواه النجم عن جبلة بن سحيم مرسلا بلفظ ويل لمن لا يعلم ولو شاء الله لعلمه واحد من الويل وويل لمن يعلم ولا يعمل سبع من الويل
63 - أخبرنا الحسن بن أبي بكر ، قال : أنا حامد بن محمد بن عبد الله الهروي ، ثنا عبد الله بن محمد بن وهب ، ثنا إبراهيم بن سعيد الجوهري ، ثنا أبو أحمد الزبيري ، ثنا قيس بن الربيع ، عن الأعمش ، عن أبي وائل ، عن حذيفة بن اليمان ، فيما أعلم قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : « ويل لمن لا يعلم ، وويل لمن علم ثم لا يعمل ثلاثا »
حدثنا أحمد بن جعفر النسائي، وأبو سعيد عبد الرحمن بن محمد بن حسكا القاضي النيسابوري، قال: حدثنا محمد بن عبدة القاضي البغدادي، حدثنا إبراهيم بن سعيد الجوهري، حدثنا قيس، عن الأعمش، عن أبي وائل، عن حذيفة رضي الله تعالى عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " ويل لمن لا يعلم، وويل لمن علم ثم لا يعمل


Dalam hadits ini tidak ada pertentangan atau perbedaan yang ada hanya penambahan kata saja dan sebagai penguat hadits utama dalam tulisan takhrij hadits ini. Menurut penulis yang berkaitan dengan isi matan hadits ini adalah seperti yang digambarkan dalam alqur’an, yaitu:


Artinya:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.



Tidaklah sama orang yang mengetahui (orang yang berilmu) dengan orang yang bodoh (jahil), dan hanya orang yang berakallah yang mau menggunakan akalnya, maksudnya tidak mungkin orang yang gila akan belajar dan hanya orang yang waras dan memiliki akal yang sehat yang mau belajar dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya kemudian mengajarkannya agar semua orang dapat memahaminya dengan ilmunya itu.
Orang yang berilmu sudah tentu dia akan selamat dari kebodohan dan orang bodoh pasti akan tersesat, oleh karena itu dalam hubungannya dengan hadits diatas adalah ancaman besar yang akan diterima orang yang tidak mau mengajarkan ilmunya dan kerugian yang akan diterima oleh orang yang tidak ingin belajar, yaitu keraguan ataupun salah dalam pemahaman.
Dewasa ini bukanlah orang kaya yang akan menggenggam dunia akan tetapi orang berilmulah yang akan memegangnya karena pengetahuannya yang luas. Dengan ilmu pula orang-orang dapat menciptakan sesuatu yang belum pernah terpikirkan atau dibuat oleh manusia. Dan karena ilmu juga seseorang terangkat setatus atau derajatnya, seperti yang digambarkan Allah dalam al-qur’an:


Artinya:
Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.


Maksud dari ayat ini adalah, orang yang memiliki ilmu tentu dia akan dipercaya dalam dalam keilmuan dan kejujurannya, Karena dengan ilmunya itu adalah jembatan bagi orang untuk orang-orang yang tidak mengetahui atau memahami suatu permasalan apalagi dalam hal keagamaan dan dengan keilmuannya pulalah Allah mengangkat derajatnya diantara manusia.
Menurut Quraish Shihab ilmu itu adalah 2 bagian yaitu ilmu materi dan non materi. Pembagian ini disebabkan karena dalam al-qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia.


Artinya:
Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. dan dengan apa yang tidak kamu lihat.

Dengan demikian objek ilmu meliputi materi dan non materi, fenomena dan nonfenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak.

V. MENGENAL PARA PERAWI DAN KRITIK TERHADAP MEREKA

 Nama: Huzaifah bin Al-Yaman, Husail, dan ada yang menyebutnya dengan nama Hasal bin jabir bin Usaid, Abu Abdillah Al-Al-Abasi
 Tahbaqoh: ke 1, sahabat
 Wafat:36 H
 Guru-gurunya: Nabi SAW, Umar bin Al-Khattab
 Murid-muridnya: Asud bin Yazid An-Nakhai’, Bilal bin Yahya al-Abasi, Tsa’labah bin Zahdam At-Tamimi, Jabir bin Abdillah, Jundub bin Abdillah Al-Bajali, Hashin bin Jundub, Khalid bin Khalid, Sabi’ bin Khalid Al-Yasykuri, Khalid bin Ar-Rabi Al-Abasi,Zajan Abu Umar Al-Kanadi, Zur bin Habisy Al-Asadi, Abu Sya’tsan Salam bin Asud Abu Wail Syaqiq bin Salamah Al-Asadi, Salah bin Zafar Al-Abasi, Dhabi’ah bin Hashin As-Tsa’labi, Thariq bin Syihab, Abu Hamzah Thalhah bin Yazid, Abu Thufail A’mir bin Wasilah Al-Laitsi, Abu Idris A’izallah, Abu Qalabah Abdullah bin Zaid Al-Jarimi, Abdullah bin Shamit, Abdullah bin Abdurrahman Al-Asyhali, Abdullah bin A’kim al-Juhni, Abdullah bin Fairuz Al-Dailami, Abdullah bin Yazid Al-Khatami, Abdullah bin Yasar Al-Juhni, Abdurrahman bin Qarth, Abdurrahman bin Abi Laili, Abdurrahman bin Yazid An-Nakhai’, Abdul Aziz Akhu Huzaifah, Ubaid bin Qais, Al-Qamah bin Qais,Ammar bin Yasir, Amr bin Shulai’, Amr bin Abi Qurrah,Qubaishah Zuaib Al-Khazai’, Qis bin Abi Hazim, Muhammad bin Sirin, Marrah At-Thib,Muslim bin Nazir, An-Nazal bin Sabrah, Hamam bin Al-Haris An-Nakhai’, Abu Mazlam Lahiq bin Humaid, Yazid bin Syarik An-Taimi, Abul Azhar,Abu Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari, Abu Huzaifah Al-Arhabi, Abu Salam Al-Aswadi, Abu A’isyah, Abu Ubaidah bin Huzaifah, Abu Usman, Abu Ammar Al-Hamdani.
 Komentar Para Ulama Hadis: Sahabat Nabi.




 Syaqiq bin Salamah al-Asadi, Abu Wail al-kuffi
 Thobaqah II, salah satu dari pembesar Tabi’in
 Wafat pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
 Guru-guru; Usamah bin Zaid, Al-ash-ats bin Qois, al-Barra’ bin A’zib, Jarir bin Abdullah, al-Harits bin Hasan al-Bakkari, Huzdaifah bin al-Yaman, Hamran bin Aban, Khalid bin Rabi’ al-‘Abasy, Khobab bin al-Arad, Sa’ad bin Abi Waqosh, Salman bin Rabi’ah, Salamah bin Sabrah, Samurah bin Saham, Sahal bin Hanif, Syaqiq bin Tsaur as-Sudusi, Syaibah bin Utsman al-Hajabi, ash-Shobi’ bin Ma’bat al-Taghlabi, Abdullah bin zubair, Abdullah bin Abas, Abdullah bin Umar ibn Khattab, Abdullah bin Amar bin al-Harits, Abdullah ibn Mas’ud, Utsman bin ‘Affan, Azrah bin Qois, al-Qomah bin Qois, Ali bin Abi Tholib, Amar bin Yasir, Umar bin Khattab, Amar bin al-Harits, Abi Maysaroh, Amar bin Surahbil, Qois bin Abi Gharzah al-Ghifari, Ka’ab bin Ajroh, Masruq bin al-Ajda’, Muadz bin Jabal, Ma’dhot al-Syaibani, al-Mughirah bin Syu’bah, Yasar bin Namir, Abi Bakkra ash-shiddiq, Abu Darda, Abi Said al-Khudhuri, Abi Mas’ud al-Anshori, Abi Musa al-Asy’ari, Abi Nahilah al-Bajali, Abi Hurairah, Abi al-Hiyaj al-Asadi, Aisyah ummul Mu’minin, Ummu Salamah,
 Murid-murid; Jami’ bin Abi Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Hashin abi Abdurrahman, al-Hakam bin A’thiyah, Habib bin Abi Sulaiman, Zabarqon as-Syiroj, Zubaid al-Yami, Zubair bin Addi, Said bin Masruq ats-Tsauri, Salamah bin Kahil, Sulaiman al-‘Amasy, Siar Abu al-Hakam, Sholeh bin Hayyan al-Qarasyi, Ashim bin Badalah, Amar bin Tsaqiq, ‘Amir asy-Sya’bi, Abdul Malik bin U’ain, ‘Ubdah bin Abi Lababah, Utsman bin Syaburi, Abu Hushain Utsman bin Ashim al-Asadi, Abu Yaqdzhon Utsman bin ‘Amir, ‘Atho’ bin Sa’id, Abi Ishaq Amar bin Abdillah, Amar bin Marrah, Abul an-Bas, Amar bin Marwan an-Nakha’I, al’Ala bin Khalid al-Kahhili, Fudhail bin Ghazwan ad-Dhobi, Muhal bin Ma’raz ad-Dhabi, Muhammad bin Tsauqah, Muslim al-Baqi, Mughirah bin Muqshin ad-Dhabi, Manshur bin al-Mu’tamar, Muhajir Abul Hasan, Na’im bin Abi Hindy, Washil al-Ahdab, Yazid bin Abi Ziad, Abu Basyar, Abu Hasyim ar-Ramani.
 Komentar para Ulama: Waqi’ tsiqoh, Yahya bin Mai’n tsiqoh, Muhammad bin Sa’ad tsiqoh dan banyak meriwayatkan hadits, Ibnu Hibban mencantumkannya dalam kitab “At-tsiqot”, Al-‘ijly, laki-laki yang sholeh, Ibnu Abdil Bar disepakati ulama bahwa ia tsiqoh, Ibnu Abi Hatim mencantumkannya dalam kitab “al-Marashid.


 Sulaiman bin Mahran al-Asadi, dilahirkan pada tahun 61 H
 Tobaqoh ke 5, termasuk tsighorut tabi’in
 Wafat 147/148 H
 Guru-gurunya; Aban bin Abi ‘Ay-yasy, Ibrahim at-Taimi, Ibrahim an-Nakha’I, Ismail bin Abi Kholid, Ismail bin Raja’ bin Zubaidi, Ismail bin Muslim al-Makki, Anas bin Malik, Tamim bin Salamah, Tsabit bin Ubaid, Tsamanah bin Uqbah, Abi Sakhroh Jami’ bin Syaddad, Abi Basyar Ja’far bin Abi Wahsyiah, Habib bin Abi Tsabit, Habib bin Shah’ban, Hasan bin Abi al-Asrash, al-Husain bin al-Munzir, Abi Dzhabayan, Hashin bin Jundub al-Janabi, al-Hakam bin Athibah, dll.
 Murid-murid: Aban bin Taghlib, Ibrahim bin Thahman, Abi Ishaq Ibrahim bin Muhammad al-Fazari, Asbab bin Muhammad al-Qarasyi, Ishaq bin Yusuf al-Azraq, Israil bin Yunus, Ismail bin Zakaria, Jabir bin Nuh al-Hamani, Jarir bin Hazim, Jarir bin Abdul Hamid, Ja’far bin ‘Aun, al-Hasan bin ‘Iyasy, Hafash bin Ghiats, al-Hakam bin ‘Atibah, Abu Usamah Hammad bin us-Samah, Hamzah bin Habib al-Ziad, Humaid bin Abdurrahman Ar-raasi, Sa’id bin Muslimah al-‘Amawi, Sufyan ats-tsauri, dll.
 Komentar: Ibnu al-Madani hafal kurang lebih 1300 hadits, Yahya bin Muin setiap yang diriwayatkan A’masy dari Anas maka ia mursal, dan disebut hadits mursal. Ibnu ‘Uyainah al-A’masy lebih unggul daripada sahabatnya dalam 4 hal. Pertama, paling alim dalam hal al-qur’an. Kedua, paling hapal dengan hadits. Ketiga, paling tahu dengan fara’id. Muhammad bin Abdillah al-Mushuli; tidak ada daripada muhadditsin yang paling unggul dari pada al-A’masy, Ahmad bin Abdillah al-Ijly tsiqoh tsabit, Yahya bin Ma’in tsiqoh, An-Nasa’i tsiqoh tsabit, Ishaq bin Manshur; tsiqoh.


 Nama: Qais bin Ar-Rabi’ Al-Asadi
 Thabaqoh: ke 7, salah satu pembesar Atba At-Tabiin
 Wafat: 160 H
 Tempat tinggal: Kufah
 Guru-Gurunya: Ismail bin Abdurrahman As-Sadi, Asud bin Qais, Al-Agar bin Shabah, Jabir bin Yazid Al-Ji’fi, Habib bin Abi Tsabit, Hakim bin Jubair, Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid Al-Yami, Ziyad bin Alaqah, Salim Al-Afthas, Sulaiman al-A’masy, Simak bin Harb, Syubaib bin Garqadah, Syu’bah bin Al-Hajjaj, Thariq bin Abdurrahman, A’iz bin Nashib, Abdul Malik bin Umair, Abi Hashin Utsman Al-Asadi, Usman bin Abdullah, Alqamah bin Mirtsad, dan lain-lain.
 Murid-muridnya: Ahmad bin Abdullah bin Yunus, Ishaq bin Manshur, Ismail bin Aban,al-Asud bin Amir Syazan, Bakr bin Abdurrahman, Jabarah bin Maglas, Jarir bin Abdul Humaid, Al-Hasan bin Basyr al-Bajali, Khalid bin Yazid, Khalid bin Yazid Al-Lu’lui, Sufyan Atsauri, Abu Daud Athayalisi,Syu’bah bin Al-Hajjaj, Thalq bin Ganam An-Nakhai’, ashim bin Ali Al-Wasithi, Abdullah bin Al-Mubarak, Abdullah bin Numair, Abdul Humaid bin Shaleh, Abdurrazaq Bin Hamam, Abdul Aziz bin Khatib, Abul Krim al-Jarjani,
 Komentar Ulama Hadis: Affan: Tsiqah, Atsauri: Tsiqah, Abi Walid Athayalisi: Tsiqah, Hasan Hadisnya, Sofyan Uyainah: Tidak ada yang lebih pintar darinya dalam masalah hadis, Ahmad bin Hambal: Layin, Yahya bin Main: Laisa hadisuhu bi syai ( hadisnya tidak ada masalah), waki: Dhaif, An-Nasai’: tidak tsiqah, hadisnya matruk, Al-Ijli: orang-orang melemahkannya. Darulqutni: Dhaif, Abu Ya’la al-Maushili; Laisa bi syai (tidak bermasalah), Syu’bah; Laba’sa bih.

 Nama: Ibrahim bin Said Al-Jauhari
 Thabaqoh: 10, perawi besar yang mengambil hadis dari tabiul atba’
 Wafat: kira-kira 250 H,
 Tempat tinggal: Bagdad
 Guru-gurunya: Ahmad bin Ishak al-Hadrami, Abi Al-Jawab Al-Ahwash, Azhar bin saad As-Saman, Ismail bin Uwais, Al-Asud bin Amir Syaizan, ashram bin Hausyab, abi Dhamrah Anas bin Iyadh, Hajjaj bin Muhammad al-A’war, Husain bin Muhammad, Abi Al-Yaman al-Hakam bin Nafi’, Abi asamah Hammad bin Asamah, Khalaf bin Tamim, Abi Taubah Ar-Rabi’, rauh bin Ibadah, Raihan bin said, Yaid bin Al-Habab, Saad bin Abdul Humaid, Sufyan bin Uyainah, Syababah bin sawar, Al-Abas bin Haisam, Abdullah bin Namir, Abi Shaleh Al-Harani, Abdul Wahab At-Tsaqafi, Abdul Wahah al-Khafaf, Ubaid bin abi Qurrah, Umar bin Saad Al-Hafari, Umar bin Syabib, Muhammad bin Basyr, Muhammad bin Khazim Adhari, Muhammad bin Umar Al-Waqidi, Abi Ahmad bin Muhammad Az-ubair, Muhammad bin Fudhail, Muhammad bin Al-Qasim, Waki bin Jarah, Yahya bin Yazid An-Naufali.
 Murid-muridnya: Muslim, Abu Daud, At-Turmidzi, An-Nasa’ie, Ibnu Majah, Abu Abdul Malik Ahmad bin Ibrahim al-Bisry, Abu Jahm Ahmad bin A-Husain bin Tholab al-Masygharani, Ahmad bin Ali bin Muslim al-Abaar, Abu Hasan Ahmad bin Umair bin Yusuf ad-Damsyiq, Ahmad bin Muhammad bin Shobah al-Bishry, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Umar al-Bashry al-Haraby, Ahmad bin Abi Roja’ Nashir bin Syakir al-Maqrie, Idris bin Abdul Karim al-Hadadi al-Muqrie, Abu Thohir al-Hasan bin Ahmad bin Ibrahim al-Asady, Al-Husain bin Muhammad bin Hatim, Abu U’rubahl Husain bin Muhammad bin Maududi al-Harany, Zakaria bin Yahya as-Sajazy, Abu Bakr Abdullah bin Muhammad bin Abi Ad-Dunya, Abdurrahman bin U’baidillahbin Ahmad al-Asady al-Jalaby, Abdurrahman bin U’abaidillah bin Abdul ‘Aziz al-Hasyim al-Jalaby, Umar bin Muhammad bin Bujair al-Bujairy, Abu Hatim Muhammad bin Idris ar-Razi, Muhammad bin Ali al-Hakim at-Turmidzi, Musa bin Harun al-Hafidzh, Yahya bin Muhammad bin Sho’id,
 Komentar Ulama Hadis: Abu Hatim,; orang yang paling jujur, An-Nasie; tsiqoh, Abu Bakr al-Khutaib; Tsiqot tsabit.


VI. KESIMPULAN

Hadits dan ayat al-qur’an serta hubungannya dengan keadaan sekarang ini sangat relevan dan pastilah statusnya juga berbeda. Dengan ilmu seseorang bisa memperoleh suatu kebahagiaan yang dengan ilmunya itu dia dapat mengajarkan orang lain untuk bisa mengetahui apa yang tidak ia ketahui.
Mengenai status hadits yang ditakhrij dalam tulisan ini adalah Dho’if karena terjadinya keterputusan sanad antara Qois bin Rabi’ dengan Ibrahim bin Sa’id al-Jauhary.


Wallahu ‘Alam




VII. DAFTAR PUSTAKA

 Ibnu Hajar Al-‘Asqolany, Tahdzibu at-Tahdzhib, Daarul Ihya atThuros al-‘Arabi, juz II
 Muhammad Syarbiny al-Khothiby, Tafsir Sirah al-Munir. Tanpa tahun
 Al-Hafidzh Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mazzi, Tahdzib al-Kamal Fii Asma Urrijaal. Daarul Fikr, Beirut. Juz 15
 Syekh Isma’il Muhammad al-‘Ajluny as-Sajarahy, Kasyful Khofa. Maktabah al-Maratsul al-Islamy, Juz I
 Al-Mahally-as-Suyuty, Tafsir Jalalain, Daarul Hadits al-Qohirah. Tanpa tahun.
 Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Az-Zahaby, al-Jarhu wa at-Ta’dil, Juz II
 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an bab Ilmu dan Teknologi, PT Mizan Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan anda komentar blog ini dan budayakan memberikan pendapat
terima kasih

 
Blogger Templates