Subscribe:

Mari Membaca

Ads 468x60px

Social Icons

Selasa, 18 Februari 2014

Sisi Kesamaan Syiah dan Sufiah Menurut Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir

Syiah dan Shufi adalah golongan yang dianggap sesat oleh seluruh umat Islam. Hal itu dikarenakan aqidah mereka yang sangat jauh dari kebenaran, baik dalam hal sunnah bahkan sampai kepada ranah syariat. Dalam pandangan Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, banyak kesamaan antara Syiah dan Sufiah, yaitu kesamaan dalam hal kesesatan. Diantaranya sebagai berikut;
  1. Syiah meyakini apa yang diriwayatkan Al-Kulaini dan Humran bin A'yan, bahwa ia berkata, "Aku berkata kepada Abdillah Ja'far as; Aku dijadikan penebusmu, sampai kabar kepadaku bahwa Allah Ta'ala telah memanggil Ali as. Abu Abdillah berkata, benar, sungguh telah terjadi pembicaraan antara keduanya di Tha'if, Jibril turun kepada keduanya." Hal ini juga yang terjadi  pada kaum shufiah. Ad-Dibagh berkata, "Malaikat turun kepada wali membawa dengan membawa perintah dan larangan.
  2. Melebihkan Wali di atas Nabi, Khumaini berkata, "Sesungguhnya termasuk dalam masalah inti pada madzhab kami, bahwa tidak ada seorang yang dapat mencapai maqam maknawi ruhiyah seperti para imam, bahkan malaikat yang dekat dengan Allah sekalipun dan tidak juga nabi yang diutus." Kaum shufiah berkata, "Kami telah mengarungi berbagai lautan di mana para nabi berhenti di pinggirannya. Para nabi diberi gelar sebagai nabi, dan kami diberi apa yang mereka tidak diberi.
  3. Kenabian masih Berlangsung. Aqidah sebagian kelompok Syiah dari kalangan Khathabiyah, Khurramiyah, Manshuriyah, dan lain-lain. Mereka meyakini risalah Allah tidak terputus dan kenabian masih ada. Orang sufi juga berkeyakinan seperti itu. Ibnu Arabi berkata; "Semua kenabian berkumpul dalam Ummul Kitab (Al-Fatihah), dan kuncinya adalah bismillahirrahmanirrahim. Jadi kenabian masih berlangsung sampai kiamat.
  4. Kemaksuman. Syiah berkata, "Sesungguhnya imam itu wajib maksum." Sufiah juga berpendapat, Abul hasan Asy-Syadzili berkata, "Sesungguhnya diantara kekhususan seorang kekasih Allah adalah pertolongan Allah kepadanya dengan rahmat, kemaksuman, khilafah, dan niyabah (mengganti sebagai pemimpin).
  5. Bumi tidak Pernah Kosong dari Hujjah. Ini aqidah Syiah, Al-Kulaini berpendapat, "Sekiranya tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi selain dua orang, maka salah satunya adalah hujjah." Kaum sufiah juga berkata dan menukil dari perkataan Ali Al-Khawwash, Asy-Sya'rani berkata, "Diantara nikmat Allah kepada hamba-Nya adalah keberadaan Allah yang tidak mengosongkan bumi dari orang yang memperjuangkan agamanya dengan hujjah.
  6. Kewajiban Mengetahui Imam. Syiah berkata, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia tidak mengetahui siapa imamnya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah. Kematian jahiliyyah tidak terjadi kecuali di atas kekafiran. Kaum sufiah berpendapat yang sama, Ali Al-Khawwash berkata, "Sesungguhnya seseorang yang tidak menempuh jalan tarekat dibawah bimbingan seorang syaikh, hukumnya adalah seperti hukum orang yang menyembah Allah diatas keraguan."
  7. Kewalian dan Wasiat. Syiah dan Sufiah menambahkan sifat-sifat tertentu yang luar biasa kepada para imam dan walinya. Syiah berpendapat, "Para imam mengetahui semua bahasa," Asy-Sya'rani dari kalangan sufi berpendapat, "Seorang wali Allah itu diberikan pengetahuan seluruh bahasa yang dipakai manusia dan jin, tidak ada perkataan seorang pun yang samar baginya untuk dipahami."
  8. Hulul dan Tanasukh (Reinkarnasi). Dalam hal ini Syiah berdusta kepada Ali bin Abi Thalib ra, mereka berkata, "Ali dan Muhammad adalah satu cahaya dari cahaya. Aku adalah orang yang bergetar, dan orang yang diturunkan sebagian ayat. Aku telah menghancurkan kurun-kurun pertama. Aku adalah Al-Kitab, Aku adalah Lauhul mahfuzh, Aku adalah Muhammad dan Muhammad adalah aku." Orang sufi juga berkata, Abu Yazid Al-Bisthami pernah ditanya tentang Arasy dan Kursi. Dia berkata, "Aku adalah Arasy, aku adalah kursi, aku adalah Ibrahim, aku Musa, dan aku adalah Muhammad."
  9. Tingkatan Shufiah. Orang shufi berpendapat, "Orang-orang yang dikhususkan Allah adalah mereka yang berada di negeri-negeriNya untuk beribadah, abdal, aqthab, autad, arfa', najba', nuqaba', dan penghulu mereka; al-gahuts." Sedangkan Syiah Isma'iliyah berkata, "Batasan-batasan terendah yang pokok adalah para imam, kelompok haji, nuqaba', dan ajnihah."
  10. Taqiyah. Kaum Syiah berkata dari Ja'far, "Taqiyah adalah bagian dari agamaku dan agama nenek moyangku, tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah." Orang Shufi berkata sebagaimana yang disampaikan Asy-Sya'rani dari sejumlah syaikh, "Barangsiapa meneriakkan sesuatu yang rahasia, maka ia berhak dibunuh."
  11. Zhahir dan Batin. Dalam hal ini kaum Syiah berpendapat, sebagaimana yang diriwayatkan Al-Kazhim, "Sesungguhnya Al-Qur'an ini mempunyai bagian zhahir dan batin." Kaum Shufiah mengatakan, "Setiap ayat itu ada zhahirnya, batinnya, had (batasan), dan mathla."
  12. Menghapus Syariat dan Menghilangkan Taklif. Dalam masalah ini muncul namanya Syiah Batiniyah, mereka mendustakan Ja'far Al-Baqir, ia berkata; "Barangsiapa yang mengenal yang batin, maka sungguh telah gugur darinya amalan zhahir, diangkat darinya belenggu-belenggu, kedengkian-kedengkian dan menegakkan yang zhahir. Mereka juga menyebutkan bahwa Ali Ar-Ridha berkata, "Pena catatan diangkat dari Syiah kita. Kaum Shufiah berpendapat, Abu Ali Wafa berkata, "Dan setelah larut dengan Allah, maka jadilah apa saja yang engkau mau. Sebab ilmumu tidak ada yang tidak diketahui, dan perbuatanmu tidak berdosa." Asy-Sya'rani berkata, "Sayyid Syarif ra pernah makan pada siang hari Ramadhan, dan dia berkata, "Aku adalah orang yang dibebaskan (dari taklif), Tuhanku yang telah membebaskan ku." 
Apa yang disebutkan  Al-Allamah Ihsan Ilahi Zhahir ra mengenai sisi kesamaan shufiah dan syiah dalam kitabnya "At-Tashawwuf, Baina Al-Mansya' wa Al-Mashdar."
Adapun yang disebutkan syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq antara Shufiyah dan Syiah, yaitu;
  1. Mengaku mempunyai ilmu khusus.
  2. Syiah mengagungkan para imam, shufiah mengagungkan para wali.
  3. Mengatakan ada zhahir dan batin dalam agama.
  4. Senang mengagungkan kuburan dan menziarahi tempat keramat
  5. Melakukan aktivitas yang menghancurkan daulah Islamiyah.

Rabu, 12 Februari 2014

Aliran Nushairiyah

Nushairiyah adalah gerakan kebatinan yang muncul pada abad ke-3 Hijriah. Penganutnya dikenal sebagai Syiah ekstrim dan meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali ra. dan parahnya mereka menganggapnya sebagai Tuhan. Tujuan munculnya gerakan ini adalah untuk menghancurkan Islam. Penjajah Perancis menamakan orang-orang Nushairiyah di Syiria dengan sebutan "Alawiyyin" untuk mengelabui dan menutupi hakikat mereka yang sebenarnya. 

Pendiri sekte ini Abu Syu'aib Mohammad bin Nushair Al-Bashri An-Numairi (w. 270 H), masih satu masa dengan tiga imam Syi'ah; Ali Al-Hadi (imam ke-10), Hasan Al-Askari (imam ke-11), dan Muhammad Al-Mahdi (imam ke-12). Abu Syu'aib meyakini bahwa dirinya adalah pintu menuju Imam Hasan Al-Aksari dan sebagai hujjah setelah imam tersebut. Dia adalah pewaris ilmunya dan tempat kembalinya Syi'ah. Dia mengaku sebagai nabi dan rasul, dan sangat berlebihan  dalam memandang para imam. Dalam memimpin gerakan ini, dia digantikan oleh Muhammad bin Jundub.
Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Janan Al-Janbani (235-287 H), dari Janbla di Persia. Dia mendapat panggilan 'Abid, Zahid dan orang Persia. Di Mesir, dia menyebar dakwahnya kepada Khusaibi. Husain bin Ali bin Husain bin Hamdan Al-Khusaibi, dilahirkan tahun 260 H. Dia bersama gurunya dari Mesir menuju Janbla, kemudian dia menggantikan gurunya memimpin gerakan ini. Dia hidup di negara Hamdaniyah di Haleb. Dia juga mendirikan dua markas Nushairiyah. Haleb dipimpin oleh Muhammad Ali Al-Jali, dan Baghdad yang dipimpin Ali Al-Jisri. Markasnya di Baghdad hancur lebur setelah kedatangan ekspedisi Holako yang membumi hanguskan kota itu. Kemudian dari Haleb pindah ke Ladzikiyah yang dipimpin oleh Abu Sa'id Maimun Surur bin Qasim Ath-Thabrani (358-427 H).
Serangan orang Kurdi yang mengganas mengakibatkan bangkitnya pangeran Makzun As-Sanjari (583-638 H), dan menyerang kawasan itu sebanyak dua kali. Serangan yang pertama gagal, namun pada serangan yang kedua berhasil, dimana dia meletakkan dasar-dasar madzhab Nushairiyah di daerah pergunuangan Lidzkiyah.
Di kalangan mereka muncul para pelindung negara, seperti Hatim Toubani (700 H), dia adalah penulis Risalah Siprus. Kemudian muncul Hasan Ajrad dari daerah A'na. Ia wafat di Lidzikyah pada tahun 836-1432 H. Setelah itu muncul para pemimpin perkumpulan Nushairiyah seperti dari Qamar, dia adalah seorang penyair yang bernama Muhammad bin Yunus Kaladzi (1011 H-1602 M), di Antakya, Ali Machus, Nashir Naishofi dan Yusuf 'Ubaidi.
Sulaiman Efendi Al-Udzuni, lahir di Antakya 1250 H. Dia mempelajari ajaran Nushairiyah, akan tetapi dia akhirnya masuk Kristen. Kemudian lari ke Beirut dan menerbitkan buku Al-Bakurah Sulaimaniyah, isi dari buku itu menguak segala rahasia Nushairiyah. Kemudian orang-orang Nushairiyah sedikit demi sedikit mendekatinya dan menenangkannya. Ketika pulang, dia dihadang dan mereka menggantungnya kemudian jenazahnya dibakar di salah satu lapangan di Ladzikiyah.
Secara historis mereka dikenal sebagai Nushairiyah. Namun Prancis telah mendirikan sebuah negara untuk mereka dengan nama "Negara Alawiyyin", berdiri sejak tahun 1920-1936 M. Muhammad Amin Ghalib Ath-Thawil adalah salah satu pemimpin mereka pada masa penjajahan Prancis di Syria. Dia menulis buku Sejarah Alawiyyin, yang meceritakan seluk beluk sekte itu.  Sulaiman Ahmad menduduki jabatan keagamaan di negara Alawiyyin tahun 1920 M. Sulaiman Mursyid, pernah menjadi seorang pengembala sapi, akan tetapi orang Prancis mendidiknya dan menolongnya untuk mengakui sebagai Tuhan. Orang Prancis juga menjadikan seseorang sebagai rasul, yaitu Sulaiman Al-Midah, seorang pengembala kambing. Setelah negara itu merdeka, dia diseret ke meja pengadilan oleh pemerintah yang baru dan dihukum mati di tiang gantungan pada tahun 1946 M. Kemudian dia digantikan oleh putranya, Mujib yang juga mengaku sebagai Tuhan. Tapi dia juga dibunuh oleh kepala Intelejen Syria tahun 1951 M. Sekte Nushairiyah "Muwaakhashah" masih senantiasa menyebut namanya sehubungan dengan pembantaian terhadap ayahnya yang mengaku sebagai Tuhan.

Pemikiran dan Doktrin
Nushairiyah menganggap Ali sebagai Tuhan. Kemunculan ruhaninya dalam bentuk fisik material yang fana adalah bagaikan Jibril dalam bentuk manusia. Munculnya "Tuan Ali" tidaklah dalam bentuk manusiawi, kecuali karena kasih sayang terhadap makhluk dan hamba-Nya. Abdurrah bin Muljim, pembunuh Imam Ali, dan disebutnya "Radiyallahu Anhu", karea mereka yakin telah menyelamatkan ketuhanan dari kemanusiaan. Mereka ada yang berkeyakinan bahwa Ali tinggal di bulan setelah berpisah dari jasad yang mengikatnya, dan ada juga yang berpendapat bahwa Ali tinggal di Matahari.
Diyakini bahwa Ali telah menciptakan Muhammad saw. dan Muhammad telah menciptakan Salman Al-Farisi, dan Salman Al-Farisi menciptakan lima orang anak yatim, yaitu;
  1. Miqdad bin Aswad: yang dianggap sebagai Tuhan Manusia, pencipta mereka yang mempunyai tugas mengatur halilintar.
  2. Abu Dzar Al-Ghifari, bertugas mengatur peredaran planet dan bintang.
  3. Abdullah bin Rawahah, bertugas mengatur angin dan menggenggam ruh seluruh manusia.
  4. Usman bin Math'un, bertugas mengatur kantong makanan, tensi fisik, dan penyakit manusia.
  5. Qunur bin Kadan, bertugas meniupkan ruh dalam tubuh manusia.
Ibnu Nushair memperbolehkan mahram, dan menghalalkan homoseksual dan berhubungan antara sesama laki-laki (liwath). Mengagungkan minuman keras dan mendewakan pohon anggur. Mereka menganggap angker jika memetik atau pun memotong pohon itu. Mereka shalat lima kali semalam, akan tetapi tata caranya berbeda, tidak ada sujud, kadang-kadang ada semacam bentuk rukuk. Mereka tidak shalat Jum'at, tidak berwudhu dan mandi janabat. Mereka tidak mempunyai mesjid, shalat mereka lakukan didalam rumah dan shalat mereka juga disertai dengan bacaan-bacaan khurafat.
Mereka tidak mengenal haji, akan tetapi mereka mempercayai hal-hal sakral yang dianggap suci dalam agama Kristen. Mereka mengatakan bahwa haji ke Makkah adalah suatu kekafiran dan penyembahan terhadap berhala. Mereka juga tidak mengenal zakat, akan tetapi mereka membayar pajak kepada para sesepuh mereka dengan keyakinan, bahwa kadar pajak itu seperlima dari harta yang dimiliki. Puasa menurut mereka adalah mengekang diri dari bergaul dengan istri selama bulan Ramadhan.
Kebencian mereka terhadap para sahabat nabi sudah melampaui kewajaran. Mereka melaknat Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka meyakini bahwa akidah mempunyai batin dan lahir, hanya mereka saja yang mampu memahami rahasianya, diantaranya;
  1. Janabat adalah berturut-turutnya sesuatu yang kontradiktif, dan tidak mengetahui ilmu batin.
  2. Thaharah adalah memusuhi segala yang kontradiktif dan mengenal ilmu batin.
  3. Puasa adalah menjaga rahasia yang berkenaan dengan 30 orang laki-laki dan perempuan.
  4. Zakat adalah lambang dari kepribadian Salman.
  5. Jihad adalah menyebarkan laknat kepada lawan dan membuka rahasia/aibnya.
  6. Walayah adalah ikhlas terhadap Nushairiyah dan membenci serta memusuhi lawannya.
  7. Syahadah adalah mengisyaratkan huruf Ain, Mim, dan Siin.
  8. Qur'an adalah pengantar keikhlasan terhadap Ali, Salman, atas nama Jibril yang telah mengajarkan Al-Qur'an kepada Muhammad.
  9. Shalat adalah ungkapan dari lima buah nama, yaitu Ali, Hasan, Husein, Muhsin dan Fathimah. Muhsin artinya rahasia, mereka yakin bahwa Muhsin "Anak yang gugur dalam kandungan" yang dibuang oleh Fathimah. Menyebut lima nama itu saja mereka tidak perlu lagi untuk mandi janabat dan wudhu'.
Para ulama Islam sepakat, bahwa haram menikah dengan mereka. Sembelihan mereka haram untuk dimakan. Jika diantara mereka ada yang meninggal tidak boleh dimandikan, dishalatkan, bahkan dikubur di pemakan Islam pada umumnya. Mereka juga tidak dipercaya menjaga pintu serta benteng pertahanan. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Mereka yang disebut orang Nushairiyah dan semua golongan Qaramithah dan kebatinan lebih kafir dari pada Yahudi dan Nasrani, bahkan lebih besar bahayanya ketimbang orang-orang kafir yang memerangi Islam seperti Tartar, Eropa dan lain-lain. Musibah terbesar bagi mereka adalah ketika umat Islam menang terhadap Tartar. Orang-orang Tartar tidak dapat lagi memusuhi negeri-negeri Islam dan membunuh khalifahnya di Baghdad serta para pemimpin Islam lainnya, kecuali dengan bantuan dan kerjasama yang dilakukan oleh mereka."
Mereka mempunyai banyak hari raya yang menunjuk kepada akidah mereka, secara global sebagai berikut;
  1. Hari raya Nauruz, pada tanggal 14 April. Pada tahun Persia.
  2. Hari raya Ghadir dan Firasy (tempat tidur), dan Asyura untuk berziarah yang jatuh pada tanggal 10 Muharram untuk memperingati syahidnya Husein di Karbala.
  3. Hari Mubahalah atau hari Berpakaian, pada tanggal 9 Rabi'ul Awwal, sebagai peringatan dakwahnya Rasulullah saw terhadap orang Kristen Najran untuk mubahalah.
  4. Hari raya Kurban, menurut mereka jatuh pada tanggal 12 Dzulhijjah.
  5. Mereka melakukan upacara pada hari raya Pantekosta, harinya pendeta Barbar, hari ulang tahun, hari raya penyaliban yang mereka jadikan sebagai awal sejarah pertanian dan pemetikan buah serta awal urusan perdangangan dan kontrak.
  6. Hari Dilm, yaitu tanggal 9 Rabi'ul Awwal. Maksudnya untuk memperingati hari terbunuhnya Umar ra, karena mereka senang atas pembunuhan tersebut sekaligus penghinaan terhadap beliau.
Akar Pemikiran dan Aspek Ideologinya
Mereka berakidah berdasarkan adopsi dari berhalaisme kuno. Hal ini terbukti mereka mensakralkan planet dan bintang itu tempat tinggalnya Ali ra. Mereka terpengaruh oleh Platonisme Modern dan mengambil dari Teori Emansipasi. Mereka mengadopsi dari Kristen dan dari Kitab Kejadian orang Masehi serta berpegang teguh terhadap apa yang mereka percaya, seperti trinitas, segala hal yang sakral dan menghalalkan khamr.
Mereka mempercayai "reinkarnasi' dan "manunggaling kawulo gusti" (pantheisme) dari Hindu dan kepercayaan Asia Timur. Mereka memiliki faham Syi'ah yang sangat ekstrim dan membuat suatu keyakinan mereka sejalan dengan kebanyakan orang Syi'ah secara umum dan secara khusus sejalan dengan faham Sabaisme (golongan Abdullah bin Saba) seorang Yahudi.

Tempat Penyebaran dan Kawasan Pengaruhnya
Nushairiyah menduduki kawasan pegunungan Nushairiyah di Ladzkiyah. Akhir-akhir ini mereka tersebar di beberapa kota di Syria yang bertetangga dengan mereka. Sebagian besar orang Nushairiyah ada yang tinggal di sebelah barat kota Anatolia, yang dikenal dengan nama Takhtajiyah dan Hatsabun, dan yang tinggal di Anatolia disebut dengan Qazl Basyih. Di kawasan Turki dan Albania dikenal dengan nama Baktasyiah, yang tinggal di Persia Turkistan dikenal dengan nama Ula Ilahiyah, dan sebagian lagi tinggal di kawasan Lebanon dan Palestina.


Selasa, 04 Februari 2014

Aliran Zaidiyah

Zaidiyah adalah salah satu aliran Syi'ah yang paling dekat dengan Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Aliran ini tergolong moderat, tidak ekstrim dan berlebihan. Pendiri aliran ini adalah Zaid bin Ali Zainal Abidin.
Aliran ini dinisbatkan kepada nama pendirinya Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali ra (80-122 H). Ia pernah memimpin revolusi Syi'ah di Irak melawan Umawiyyun pada masa Hisyam bin Abdul Malik. Penduduk Kuffah mendorongnya untuk memimpin revolusi tersebut. Setelah ia maju dan memimpin pemberontakan, ia di hina dan ditinggalkan oleh penduduk Syi'ah Kuffah karena diketahui Zainal Abidin menghormati dan meridhoi Abu Bakar dan Umar ra. Ia melawan tentara Umawiyah yang terdiri dari 500 orang pasukan berkuda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu ia terkena panah di pelipisnya dan menyebabkan kematian dirinya.
Zaid sering berpindah-pindah tempat, diantaranya Syam dan Irak. Kepindahannya itu bermula dikarenakan menuntut ilmu dan yang kedua mencari ahlul bait dalam imamah (kepemimpinan). Zaid dikenal sebagai orang yang sangat takwa, wara', alim, fadhil, ikhlas dan berani. Selain ia berwajah tampan, gagah, takut kepada Allah dan aktif menekuni Kitabullah dan Sunnatullah. Zaid belajar ilmu dan riwayat kepada kakak sulungnya, Muhammad Baqir yang dipandang sebagai salah seorang Imam 12 menurut Syi'ah Imamiyah. Dia memiliki hubungan yang baik dengan Washil bin Atha, pemimpin Mu'tazilah dan dia diangkat sebagai muridnya. 
Imam Abu Hanifah An-Nu'am sendiri berguru kepadanya. Karyanya yang terkenal antara lain Al-Majmu' Al-Kabir, kitab yang berisikan kumpulan hadits dan fiqh. Keduanya diriwayatkan oleh muridnya yang bernama Abu Khalid Umar bin Khalid Al-Wasthi Al-Hasyimi yang dikenal setia kepadanya. Ia wafat pada tahun ketiga abad ke 20 Hijriyah.
Putra Zaid yang bernama Yahya bin Zaid pernah bertempur bersamanya, tetapi ia melarikan ke Khurasan. Akan tetapi nasibnya tidak begitu beruntung karena dia dibunuh oleh tentara Umawiyah di negeri itu pada tahun 125 H. Setelah Yahya meninggal segala urusan diserahkan kepada Muhammad dan Ibrahim. Muhammad keluar dari Madinah dan dibunuh oleh Isa bin Mahan, salah seorang pengawal di kota itu. Sedangkan Ibrahim ke kota Bashrah dan dibunuh atas perintah Al-Manshur.
Ahmad bin Isa bin Zaid, cucu Zaid, tinggal di Irak dan belajar kepada murid Imam Abu Hanifah. Qasim bin Ibrahim Al-Mursi bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang diantara ulama Zaidiyah yang hidup pada tahun 170-232 H, dan dia membentuk aliran Zaidiyah Qasimiyah.
Di negeri Dailam dan Jailan muncul seorang Imam Husaini di kalangan Zaidiyah, yaitu Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Hasan bin Zaid bin Amar bin Husein bin Ali ra. Dia bergelar An-Nashir Al-Kabir (230-304 H), terkenal dengan sebutan  Al-Atrousi. Imam inilah yang menyerukan paham Islam Zaidiyah. Oleh karena itu banyak orang yang menganut mazhab tersebut.
Da'i Zaidiyah yang lain adalah Shahib Thabrastan Hasan bin Zaid bin Muhammad bin Isma'il bin Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali ra. kemudian dia mendirikan sebuah negeri Zaidiyah di Selatan  Laur Hazr pada tahun 250 H.
Muhammad bin Ibrahim bin Thabathaba'i adalah seorang imam Zaidiyah yang terkenal. Dia mengutus para da'i ke Hijaz, Mesir, Yaman dan Bashrah. Tokoh Zaidiyah yang cukup menonjol adalah Muqatil bin Sulaiman bin Muhammad bin Nashr dan Abu Fadhl bin 'Amid serta Shahib bin 'Ubad dan beberapa amir dari Bani Buwaih.
Zaidiyah melahirkan 4 sekte, salah satunya adalah yang menghina Umar dan Abu Bakar. Ia cenderung berpendapat imamnyalah yang lebih utama. Keempat sekte itu adalah.
1. Jarudiyah, Pengikut Abu Al-Jarud Ziyad bin Abu Ziyad.
2. Sulaimaniyah, Pengikut Sulaiman bin Jarir.
3. Shalihiyah, Pengikut Hasan bin Shalih bin Hay.
4. Batriyah, Pengikut Kutsair bin Nawi Al-Abtar.

Sekte Shalihiyah dan Batriyah memiliki satu pandangan yang sama dan tidak ada perbedaan diantara keduanya.

Pemikiran dan Doktrin
Zaidiyah memperbolehkan semua keturunan Fathimah untuk menjadi Imam, baik Hasan maupun Husein. Menurut mereka imamah tidak dengan nash. Oleh karena itu imam terdahulu boleh menunjuk imam yang akan datang. Artinya keimaman tidak berdasarkan kewarisan akan tetapi berdasarkan Bai'ah. Imam tidak boleh misterius, karena imam harus dipilih oleh Ahlul Halli wal 'Aqdi. Pemilihan tidak boleh berlangsung apabila calon Imam belum ditentukan. Dalam waktu yang bersamaan dibolehkan adanya dua imam untuk dua negara yang berbeda. Zaidiyah membolehkan pengangkatan seorang Imam utama.
Mayoritas pengikut Zaidiyah mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan Umar ra, tidak mengutuk keduanya seperti kelompok Syi'ah yang lain. Bahkan Zaidiyah menyatakan sahnya kekhalifaan Utsman bin Affan ra.
Dalam pemikiran agama, mereka cenderung kepada pemikiran Mu'tazilah, terutama dalam hal yang berkaitan dengan Dzat Allah, qadha dan qadar. Pelaku dosa besar menurut Zaidiyah akan ditempatkan diantara dua tempat, sama dengan pendapar Mu'tazilah, tetapi mereka tidak kekal di Neraka. Mereka disiksa sampai mereka bersih dari dosa-dosanya, setelah itu baru dipindahkan ke Surga. Zaidiyah tidak menolak tashawuf.
Mengenai pernikahan, Zaidiyah berbeda dengan kaum Syi'ah pada umumnya. Mereka menolak adanya nikah Mut'ah. Tentang Zakat seperlima dan pembolehan taqiyah. Sama seperti pendapat Syi'ah pada umumnya.
Secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar antara Zaidiyah dan Ahlu Sunnah wal Jama'ah, khususnya dalam masalah ibadah, masalah yang fardh. Hanya sedikit berbeda dalam masalah furu', seperti:
1. Dalam azan ada kalimat Hayya 'ala Khairil 'Amal.
2. Shalat jenazah harus lima kali takbir.
3. Shalat hari raya tidak perlu berjama'ah.
4. Shalat tarawih berjama'ah dikategorikan bid'ah.
5. Tidak sah shalat dibelakang orang yang penuh dosa.
6. Fardhu wudhu ada sepuluh.

Berkenaan tentang Ijtihad, mereka berpendapat bahwa pintu Ijtihad masih terbuka untuk siapa saja yang mampu. Bagi yang tidak mampu maka harus taqlid. Taqlid kepada Ahlul Bait lebih utama dari pada taqlid kepada orang lain. Wajib keluar dari Imam zalim dan wajib tidak menaatinya. Zaidiyah tidak meyakini imam ma'shum dari dosa. Akan tetapi segolongan orang dikalangan Zaidiyah menetapkan 4 orang Ahlu Bait yang ma'shum, yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husein.
Zaidiyah juga tidak mempercayai Imam Mahdi yang dinanti-nantikan. Kaum Zaidiyah mengingkari teori primitif yang dikemukakan oleh Mukhtar Tsaqafi yang menyusun sajak mantra. Qadha dan qadar adalah hal yang wajib untuk diimani. Sebab menurut mereka, manusia itu berhak untuk memilih dalam menaati atau mengingkari Allah. Mereka juga memisahkan antara Iradah, Mahabbah atau Ridha. Hal ini sama seperti pemikiran beberapa ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Sumber dalil Zaidiyah adalah Al-Qur'an, As-Sunnah, qiyas termasuk Mashalih Al-Mursalah dan akal.

Akar Pemikiran dan Keyakinan
Mereka berpendapat sama seperti Syi'ah,bahwa yang lebih berhak menjadi Imam dan Khalifah adalah golongan mereka. Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Ahlu Bait kedudukannya lebih utama, taqlid kepada Ahlu Bait, Zakat seperlima dan sebagainya. Ciri-ciri ke Syi'ahan Zaidiyah terlihat jelas walaupun tergolong moderat. Zaidiyah banyak terpengaruh Mu'tazilah dalam pemikiran. Kemu'tazilahan Washil bin Atha terlihat jelas dalam pemikiran Zaidiyah, terutama penghargaan mereka terhadap akal yang mendudukkannya sebagai sumber dalil.

Penyebaran dan Kawasan Pengaruhnya
1. Negara Zaidiyah pertama kali didirikan oleh Hasan bin Zaid tahun 250 H, di Dailam dan Thabrastan.
2. Al-Hadi ila Al-Haq kemudian mendirikan negara Zaidiyah ke 2 di Yaman pada abad ke 3.
3. Zaidiyah tersebar dari Timur sampai negara-negara Hazr (Wilayah Afaghanistan), Dailam, Thabrastan,          dan Jailan. Sedangkan dari Barat sampai negara-negara Hijaz dan Mesir. Yaman tergolong pusat Zaidiyah.
   Sampai sekarang, sekurang-kurangnya dua pertiga penduduk Yaman adalah penganut Zaidiyah.
 
Blogger Templates