DAFTAR ISI:
- Pengertian
- Kegunaan
- Latar Belakang Pentingnya
- Sasaran Pokoknya
- Cabang-cabangnya
- Ulama yang Ahli
- Kitab-kitab yang diperlukan untuk penelitian Hadits
BAB II
PEMBAHASAN
Berbicara mengenai Hadits dalam arti “segala sabda, perbuatan,
taqrir, dan hal ihwal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.tidak terlepas
dari pembicaraan mengenai sanad dan matan hadits itu sendiri.
Dalam periwayatan Hadits, para sahabat menetapkan kriteria
penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut[1].
Baik yang berkenaan dengan sanad maupun yang berkenaan matannya.
Berkenaan dengan pembicaraan sanad, ada sejumlah ulama yang menulis
kitab yang menguraikan hal ihwal para periwayat hadits yang diistilahkan dengan
ilmu rijal hadits, berikut pembahasan mengenai ilmu Rijalil Hadits:
A.Pengertian
Ilmu Rijal al Hadits adalah ilmu yang membahas para periwayat
Hadits, baik dari kalangan sahabat,tabi’in, maupun angkatan-angkatan sesudahnya[2]
yang disebut tabi’i at-tabi’in dalam kapasitas mereka selaku periwayat Hadits.
Ilmu
Rijal Al Hadis merupakan jenis ilmu hadis yang
sangat penting. Karena ilmu hadis mencakup kajian terhadap sanad dan matan. Rijal
( tokoh-tokoh ) yang membentuk sanad merupakan para perawinya.
B. Kegunaan
Dari definisi yang
telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa ilmu rijal al-hadits berkaitan dengan
hal ihwal para periwayat hadits. Karena itu, ilmu ini mengambil porsi tertentu
dalam bahasan ilmu hadits. Ilmu ini sangat diperlukan dalam penelitian sanad
Hadits, yang kegunaannya antara lain adalah sebagai berikut.
Dengan ilmu ini
penelitian sanad Hadits dapat dilakukan, karena ilmu ini merupakan data yang
lengkap mengenai para periwayat Hadits, baik biografi mereka,maupun kualitas
pribadi mereka.kiranya sulit dibayangkan, kalau seseorang sekarang ini ingin
meneliti sanad Hadits, tanpa menggunakan ilmu ini, mengingat bahwa para periwayat
itu sendiri sudah ribuan tahun meninggal dunia.
Bahasan Hadits mencakup
sanad dan matan, ilmu ini berguna untuk mendalami pengetahuan tentang sanad,
dengan menguasai sanad hadits, berarti mengetahui separuh ilmu hadits[3].
Seorang pengkaji hadits belumlah dianggap lengkap ilmunya tentang hadits, kalau
hanya mempelajari matannya, sebelum mempelajari juga sanadnya.
Sejarah
merupakan senjata terbaik yang digunakan oleh ulama dalam menghadapi para
pendusta. Sufywan Al Tsaury mengatakan : “Sewaktu para perawi menggunakan
kedustaan, maka kami menggunakan sejarah untuk melawan mereka.”
Ulama tidak
cukup hanya menunjukkan urgensi mengetahui sejarah para perawi, tetapi mereka
sendiri juga mempraktekkan hal itu. Contoh mengenai hal itu sangat banyak,
sampai tak terhitung.
Antara lain
yang diriwayatkan oleh ‘Ufair ibn Ma’dan Al Kala’yi, katanya : Umar
ibn Musa datang kepada kami di Himsh. Lalu kami berkumpul di mesjid. Lalu
beliau berkata : “Telah meriwayatkan kepada kami guru kalian yang shaleh.”
Ketika sering mengungkap kata itu, aku bertanya kepadanya : “Siapa yang anda
maksud guru kami yang shaleh? Sebutlah namanya agar kami bisa mengenalnya.” Ia
menjawab : “Khalid Ibn Ma’dan.” Aku bertanya kepadanya : “Tahun berapa
anda bertemu dengannya?” Ia menjawab : “Aku bertemu dengannya pada tahun
seratus delapan.” Aku bertanya lagi : “Di mana anda bertemu dengannya?” Ia
berkata : “Aku bertemu di dalam peperangan Armenia .” Lalu aku bertanya
kepadanya : “Bertakwalah kepada Allah, wahai Syeikh dan jangan berdusta. Khalid
ibn Ma’dan wafat tahun seratus empat. Jadi anda mengaku bertemu dengannya empat
tahun sesudah ia meninggal.” Aku tambahkan pula, ia tidak turut serta
dalam peperangan ke Armenia .
Dia hanya ikut dalam perang Romawi.
Dengan ilmu
ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari
Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Dan juga
dengan ilmu ini, dapat ditentukan kualitas serta tingkatan suatu hadis dalam
permasalahan sanad hadis.
Dalam sejarah islam,
pada akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib, pemalsuan Hadits mulai ada[4]
dan pada masa pemerintahan Bani Umayyah –sampai akhir abadpertama Hijriyah-
pemalsuan itu berkembang pesat. Untuk menjaring Hadits-hadits palsu itu ilmu
rijal al-hadits dapat dipergunakan.
Jadi dapat
diketahui bahwa ilmu rijal hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi
yang ada dalam tingkatan sanad hadis. Dengan mengatahui para perawi itu akan
dapat mencegah terjadinya pemalsuan hadis, penambahan matan hadis, juga dapat
mengetahui tingkatan keshahihan tiap-tiap hadis yang ditemui.
C.
Latar belakang pentingnya
Ilmu Rijal
Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan
mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad.
Ulama memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat
mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama akan menanyakan umur para
perawi, tempat mereka, sejarah mendengar ( belajar ) mereka dari para
guru,disamping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal itu mereka lakukan
demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi dan demi
mengetahui sanad-sanad yang muttashil dari yang terputus, yang mursal,
dari yang marfu’ dan lain-lain.
Banyak hal yang menyebabkan sejarah para periwayat hadis
menjadi objek kajian dalam Ilmu Rijal Al Hadis, diantaranya adalah :
1.
Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi
Hadis yang
ada ditulis pada masa Nabi sangat minim sekali, padahal yang menerima hadis
sangat banyak orangnya. Hal ini menyebabkan banyaknya terjadi kekeliruan dalam
penyampaian hadis selanjutnya. Hadis yang disampaikan itu kadang dalam
penyampaiannya mengalami perubahan-perubahan redaksi sehingga menyebabkan hadis
tersebut menjadi rendah tingkatannya. Oleh karena itu dalam masalah ini
diperlukan pengetahuan tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad untuk
menghindari kesalahan-kesalahan tersebut.
2.
Munculnya pemalsuan hadis
Hadis Nabi
yang belum terhimpunn dalam suatu kitab dan kedudukan hadis yang sangat penting
dalam sumber keajaran Islam, telah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab
oleh orang-orang tertentu. Mereka membuat hadis palsu berupa pernyataan –
pernyataan yang mereka katakana berasal dari Nabi, padahal Nabi sendiri tidak
pernah menyatakan demikian. Untuk itu Ilmu Rijal Hadis banyak
membicarakan biografi para periwayat hadis dan hubungan periwayat satu dengan
periwayat lainnya dalam periwayatan hadis agar menghindari terjadinya pemalsuan
hadis.
3.
Proses penghimpunan hadis ( Tadwin )
Karena takut
akan kehilangan hadis, maka pada masa khalifah diadakan pengumpulan hadis dari
seluruh daerah. Dalam melakukan penghimpunan hadis ini, diperlukan pengetahuan
tentang sejarah hidup para perawi sehingga dapat diketahui kualitas hadis yang
di himpun tersebut agar tidak terjadi ketercampuran antara hadis yang lebih
baik kualitasnya dari segi sanad dengan hadis maudu’ maupun hadis dhaif dalam
penghimpunan itu.
Inilah
beberapa factor yang menyebabkan di dalam Ilmu Rijal Hadis, sejarah
para periwayat menjadi objek kajian. Di sebabkan betapa pentingnya pengetahuan
tentang periwayat dalam hal-hal yang telah disebutkan diatas.
D.
Sasaran pokoknya
Ilmu rijal
al-hadits terdiri atas dua pokok, yaitu:
- Ilmu Tarikh ar-Ruwah, yang mengenalkan kepada kita para periwayat hadits dalam kapasitas mereka selaku periwayat hadits. Ilmu ini menerangkan hal-ihwal periwayat, hari lahir dan wafatnya, guru-gurunya, masa dia mulai mendengarkan hadits, orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya, negerinya, tempat tinggalnya, perlawatannya dalam mencari hadits, tanggal tibanya di berbagai negeri, dia mendengar hadits dari guru-gurunya dan segala hal yang berhubungan dengan urusan Hadits[5]. Ilmu ini lebih banyak membicarakan biografi para periwayat hadits dan hubungan periwayat yang satu dengan periwayat yang lain dalam periwayatan hadits.
- ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, yang membahas hal-ihwal periwayat hadits dari segi dapat diterima, atau ditolak riwayatnya. Ilmu ini lebih menekankan kepada pembahasan kualitas pribadi periwayat Hadits, khususny dari segi kekuatan hafalannya, kejujurannya, integritas pribadinya terhadap ajaran islam dan berbagai keterangan lainnya yang berhubungan dengan penelitian sanad Hadits.
E. Cabang-cabangnya
Dari kedua pokok
ilmu rijal al-Hadits ini, muncul pula cabang-cabang yang mempunyai ciri
pembahasan tersendiri. Cabang-cabang itu antara lain adalah:
- Ilmu Tabaqat ar-Ruwah, yaitu ilmu yang mengelompokkan para periwayat ke dalam suatu angkatan atau generasi tertentu.
- Ilmu al-Mu’talif wa al-Mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dari nama asli, nama samaran, dan nama keturunan para periwayat, namun bunyi bacaannya berlainan.
- Ilmu al-Muttafiq wa al-Muftariq, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dan bunyi bacaan, namun berlainan personalianya,dan
- Ilmu al-Mubhamat, yaitu ilmu yang membahas nama-nama periwayat yang tidak disebut dengan jelas[6]
F. Ulama-ulama yang ahli dan Kitab-kitabnya
Dalam pembahasan tentang ilmu rijal al-Hadits, maka para Ulama
mengarang kitab dengan bentuk dan metode yang beragam,berikut pembagiannya:
1.
Kitab Tarikh
ar-Ruwah
-
At-Tobaqot
al-Kubro karangan Muhammadbin Sa’ad (168-230)
-
Tazkiroh
al-HUffaz karangan az-Zahaby (w. 748H)
-
Tarikh
a-Islam karangan az-Zahaby
-
Tahzib
at-Tahzib karangan al-Hafiz Syihab ad-Din Abu Fadl Ahmad bin ‘Aly (ibn Hajar
al-Asqolaniy (772-852H)
-
Tarikh
Bagdad karangan Abu Bakar Ahmad bin ‘Aliy al-Baghdadiy (392-463H)
-
Al-Asma wa
al-Kuna karangan Abu Bisyr Muhammad bin Ahmad ad-Dawlaby (234-320 H)
2.
Kitab al-Jarh wa
at-Ta’dil
-
Kitab
as-Siqat karangan Abu al-Hasan Ahmad bin ‘Abdullah al_Ijliy
-
Ad-Du’afa
al-Kabir dan Ad-Du’afa as-Sogir karangan Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhoriy
(194-256H)
-
Al-Kamil
fi Ad-Du’afa ar-Rijal karangan Abu Ahmad ‘Abdillah bin ‘Adiy al-Jurjaniy (w.356
H)
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu Rijal Al Hadis adalah suatu cabang ilmu dalam ilmu hadis yang membahas
tentang para perawi hadis untuk mengetahui kapasitasnya sebagai perawi hadis.
Ilmu ini memiliki objek kajian yang sangat jelas yaitu
tentang kisah hidup para periwayat yang meriwayatkan hadis Nabi.
Kisah hidup para perawi menjadi objek pembahasan dalam ilmu
ini dikarenakan berbagai factor, diantaranya :
1. Tidak seluruh
Hadis ditulis pada masa Nabi
2. Terjadinya
pemalsuan Hadis
3. Proses
penghimpunan Hadis
Hal ini dikarenakan, dalam hal diatas sangat memerlukan
pengetahuan tentang perawi Hadis tersebut untuk menghindari kesalahan maupun
kecacatan dalam periwayatan hadis.
Ilmu Rijal Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam
Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di
sekitar sanad.
B. Saran
Penulis sangat menyadari akan kekurangan-kekurangan yang
ada pada makalah ini. Baik dari segi ilmunya maupun dari segi penulisannya. Itu
semua disebabkan kurangnya referensi yang digunakan dan kurangnya pengalaman
penulis. Untuk itu, apabila ada kritikan maupun saran dari pembaca yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan, agar di penulisan berikutnya
penulis dapat memperbaikinya.
2 komentar:
pengen daftar pustaka sama catatan kakinya. boleh gk.?
kalau untuk itu usaha mas cari referensinya
Posting Komentar
Silakan anda komentar blog ini dan budayakan memberikan pendapat
terima kasih